Medan, IDN Times - Bagi Nakama, One Piece bukan sekadar masterpiece yang hanya berkutat dalam ruang khayali. Namun karya fiksi yang ditelurkan Eiichiro Oda itu, justru dinilai dapat mendobrak dan memasuki ruang realita dengan segala kompleksitasnya.
Sehingga tak heran jika anime seperti One Piece justru memiliki banyak penggemar yang sudah menginjak usia dewasa. Plot yang misterius lagi representatif, karakter yang nyentrik, hingga visual yang penuh nilai estetik, menempatkan One Piece sebagai anime yang memiliki levelnya sendiri.
Oh, jangan lupakan betapa cerdiknya Eiichiro Oda membumbui maha karyanya dengan cara menjual "misteri" yang sampai saat ini belum terungkap! Kendati sudah 1.139 episode, para Nakama masih berkutat pada tafsirnya soal apa sebenarnya harta karun "One Piece" itu.
Segala argumentasi yang tercipta lewat anime One Piece membuat begitu banyak dobrakan-dobrakan yang asyik. Bukan hanya terhadap Nakama saja yang merupakan oknum reseptif paling setia dengan petualangan Bajak Laut Topi Jerami, namun juga terhadap masyarakat yang sebelumnya tak pernah terpikir untuk jatuh hati dengan maha karya yang rilis pada tahun 1999 ini!
Terlebih dengan tren pengibaran bendera Jolly Roger yang eksis belakangan hari. Anime One Piece dielu-elukan bersamaan dengan kritik sosial yang mencuat di tengah masyarakat terhadap pemerintah Indonesia.