Sejumlah tokoh menerima penghargaan perdamaian Aceh dari UIN Ar Raniry, Banda Aceh. (Dokumentasi untuk IDN Times)
Rektor UIN Ar-Raniry, Mujiburrahman, mengatakan memberikan penghargaan kepada para tokoh perdamaian Aceh sebagai wujud apresiasi atas dedikasi mereka dalam menjaga dan merawat perdamaian.
“Penghargaan ini memiliki makna sebagai perekat persaudaraan, dan sekaligus sebagai wujud terima kasih kami masyarakat Aceh yang memiliki etika dan peradaban,” kata Mujiburrahman.
Sebagai institusi pendidikan tinggi Islam, kata dia, UIN Ar-Raniry memandang perdamaian bukan hanya sebagai kondisi tanpa konflik, tetapi juga fondasi lahirnya generasi cerdas, berakhlak mulia, dan berdaya saing serta mampu merawat dan membumikan perdamaian dalam tataran ediologi, logos dan etos.
Dua dekade perdamaian memberi banyak pelajaran. Pertama, dialog selalu lebih mulia daripada kekerasan. Kedua, pembangunan akan bermakna hanya jika dibangun di atas pondasi keadilan dan persatuan. Ketiga, generasi muda harus menjadi penjaga estafet perdamaian, bukan hanya penikmat hasilnya.
Dia menyampaikan UIN Ar-Raniry berkomitmen untuk terus mengkaji, mendiskusikan, mensosialisasikan merawat dan menjaga perdamaian di Aceh. Hal ini merupakan bahagian dari jihad akademik yang menjadi tanggungjawab kami sebagai sebagai insan akademis.
Untuk merealisasikan cita-cita mulia ini, Insyaallah kami akan membangun Museum Perdamaian di Kampus UIN Ar-Raniry, sebagai pusat riset perdamaian Aceh yang memiliki energy sebagai prototype atau purwarupa perdamaian dunia.
Rektor berharap seluruh tokoh-tokoh Perdamaian Aceh yang terlibat dalam proses perdamaian ini dapat terdokumentasikan dengan baik, dan menjadi bahan kajian bagi para peneliti di tingkat lokal, nasional dan internasional.