Pembuatan Batik Tulis di KUB Batik Tapsel (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Semua bermula pada tahun 2016. Kala itu, perempuan berdarah Jawa yang masih berusia 27 tahun melihat di Tapanuli Selatan tidak ada batik khasnya. Dimana Santi melihat di Jogja, Solo, dan sebagian besar masyarakat di Jawa memiliki batik khas masing-masing.
Anak sekolah, pekerja kantoran, ASN atau PNS kerap memakai batik pada hari Jumat. Namun anehnya batik yang digunakan batik yang coraknya berasal dari Jawa, tidak ada Batik Khas bercorak Tapanuli Selatan.
Akhirnya ibu satu anak ini berinisiatif mencoba membuat Batik bercorak Tapanuli Selatan. Saat itu Santi masih sendirian dan hanya membuat batik cap. Ia membuat sendiri motifnya lalu memesan cap dari Jawa.
“Kalau di Sumatera gak ada pembuat cap batik, jadi harus pesan langsung dari Jawa. Satu cap paling murah Rp700 ribu,” ungkap Santi pada IDN Times, Selasa (13/9/2022).
Ternyata batiknya diminati. Pada tahun 2017 ia merekrut empat orang untuk membantunya membuat batik cap. Pada tahun 2018, setelah pesanan Batik Tapsel mulai rutin datang, Santi melembagakan usahanya dengan nama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Batik Tapsel dan sudah memiliki sembilan pekerja perempuan.
Santi berani memakai nama Batik Tapsel karena setelah ia cek kemana-mana memang belum ada yang memakai nama ini. Praktis Santi bisa disebut sebagai penemu Batik Tapsel.
Semua tahapan produksi Batik Tapsel dikerjakan dari rumah Santi di Kampung Pasir Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan, Sumut.