Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Alasan lain Ridha untuk keluar dari zona nyaman dengan profesi sebagai dokter dan memilih maju di Pilwalkot Medan adalah untuk rasa peduli terhadap Kota Medan.
"Saya ingatkan lagi pembicaraan saya dengan pak Djarot (Syaiful Hidayat). Tadi saya sangat mencintai profesi saya sebagai dokter bedah saraf tapi kenapa kita harus berbuat seperti ini. Karena ada satu kondisi dimana kita harus kerjain itu keputusan gak mudah dimana saya harus keluar dari zona nyaman saya," katanya.
"Nah, tentu strategi secara khas mungkin nanti akan kita lihat saat jelas siapa calon-calon lawannya dan siapa kita dan dengan siapa saya berpasangan juga. Tapi disitu pasti ada pemikiran-pemikiran baru yang bisa lebih menggairahkan Kota Medan ini untuk jadi lebih baik," jelasnya.
Menurutnya, dengan bekal dokter bedah saraf sudah memiliki sikap mental yang ingin belajar. Jadi, untuk terjun dalam dunia politik tidak terkejut.
"Di politik ini ada hal uncertain (tidak pasti atau tidak bisa diperkirakan) kalau kita di akademisi apalagi ilmu dibidang seperti saya kita kan tahu kalau jantung mompa pasti arahnya kesana. Pasti dapat. Nah, itu jelas apa-apa bahwa sifat ini larinya kesini tapi di politi kan gak bisa seperti itu. Ibaratnya kalau jantung politik memompa dia belum tentu ke sana bisa jadi dia balik ke situ. Nah, saya berusaha belajar untuk bisa mendapatkan celah berpikir seperti itu. Jadi saya harus membuka diri dan pikiran untuk bisa melihat," tegasnya.
Maka, dikatakannya mencoba untuk membuat politik yang santun dan jujur. Hal itu bisa melakukan yang terbaik untuk berhadapan dengan orang banyak pada Pilkada Medan nantinya.
"Tapi politik yang santun dan jujur itu harus kita mulai lakukan," tuturnya.
Soal keluarga, Ridha menikah dengan Dina Keumala Sari dan mendapatkan tiga buah hati yakni, Nadya Keumala Fitri (24), Raisya Keumala Putri (21), Fayza Keumala Rizkya (17) dan Ramza Muhammad Ridha (13).
Terkait dukungan dari keluarga, dia mengakui awalnya tidak setuju. Namun, Ridha berusaha untuk meyakinkan pada keluarga hingga memahaminya.
"Awalnya gak setuju karena sudah memiliki kehidupan yang nyaman tapi memilih keluar jalur tapi saya sudah sampaikan dan Alhamdulillah mengerti," ucap Ridha.
Ridha diketahui saat ini menjabat Ka Prodi Ilmu Bedah Saraf sejak 2022. Sebelumnya dia juga menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Fakultas Kedokteran USU (2017-2020), Ka KSM Bedah Saraf RSUP H. Adam Malik Medan (2017-sekarang) dan Pendiri Alfatih Media Group.
Penghargaan yaitu, Guru Besar (Profesor) Ilmu Bedah Saraf, FK USU (2019) Satyalancana Karya Satya (2019). Untuk penugasan bencana pernah menjadi Tim Emergency Pasca Tsunami Aceh (2004), Tim Emergency, dan Pasca Gempa Jogja (2006).
Untuk organisasi yang pernah diikutinya, Dewan Pembina Ikatan Media Online Indonesia, Wilayah SUMUT, Dewan Pembina Rembuk Masyarakat Medan Utara, Dewan Pembina PP Sembelih Halal Medan, Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia, Ketua Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia Sumut, Dewan Pakar KAHMI Medan, Pengurus Perkumpulan Onkologi Indonesia Cab Sumut, Ketua MKRI RS H. Adam Malik Medan, Dewan Pakar IDi Sumut, Anggo ASEAN Neuro- surgical Society dan Aych Nok Ayaatiota Medan (HNSI).