Kuliah Umum yang digelar Imamikom USU di Gedung Pascasarjana FISIP USU, Kamis (21/11/2024) (IDN Times/Doni Hermawan)
Sementara Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar Palacheta Subianto memaparkan materi soal komunikasi yang efektif. Dia menceritakan pengalamannya saat menerima perwakilan massa aksi di DPRD Sumut beberapa waktu lalu.
"Komunikasi adalah kunci bagi kita untuk menuju sesuatu. Seni berbicara dengan baik dan efektif. Ada orang yang pandai menulis, tapi tidak semua orang bisa membicarakan. Kita berbicara harus mempelajari elemen-elemen dalam komunikasi," kata Palacheta.
Di era new media, kata-kata menjadi penting untuk disampaikan dan dipikirkan sebaik mungkin. Agar pesannya sampai. "Misalnya kata-kata di instagram, bagaimana foto dan caption yang ditampilkan itu menampilkan sebuah citra yang baik. Kita juga harus bisa melihat apa sinyal-sinyal yang diberikan. Untuk itu elemen yang penting mulai dari listening, non verbal communication, being clear, being concern, being confident, being personable, being patient, hingga bisa mengelola kecerdasan emosi," kata alumni S3 USU itu.
Selain itu menurutnya penting memelajari cara komunikasi dari pemimpin atau orang terkemuka. Dia mencontohkan karakter berkomunikasi dari Presiden pertama RI Soekarno hingga presiden kedelapan Prabowo Subianto.
"Komunikasi politik, kita harus smart. how to win influence people. Tapi kita juga harus tahu norma-norma berkomunikasi di era sekarang. Yang menjadi speaker harus tahu UU ITE. Hal-hal yang belum ada di zaman sebelumnya. Zaman sekarang informasi beredar hingga tak terbendung. kita harus bisa memilahnya," tambah mantan Ketua HIPMI Medan itu.
Saat ditanya soal cara menentukan pilihan terhadap pemimpin, Palachetta mengatakan harus dipikirkan dengan matang. Yang terpenting datang ke TPS dan harus menggunakan hak pilih.
"Ketika mau membeli HP atau baju, pasti mikirnya sampai sebulan dulu. Tengok berbagai referensi. Begitu juga ketika mau memilih pemimpin kita. Buat seperti memilih bahan berharga. Pilih yang bisa memerjuangkan kepentingan. Yang tidak boleh itu golput. Itu rugi besar. Berarti kita tidak peduli dengan politik kita," ucap pria yang menamatkan S2 di London School of Economic and Political Science, London, Inggris itu.