Medan, IDN Times- Menukar sampah menjadi emas. Mungkin terdengar klise dan hanya ucapan kampanye lingkungan belaka. Namun apa yang dilakukan Bank Sampah Anyelir binaan PT Pegadaian bukan lagi membuatnya jadi cerita omong-omong doang.
Berdiri sejak tahun 2018, Bank Sampah Anyelir yang berlokasi di Kecamatan Medan Denai berhasil mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah di lingkungannya. Ganjarannya, tabungan emas di PT Pegadaian.
Berawal dari misinya bersama warga untuk mengurangi sampah di lingkungan sekitar, Muhammad Iskar, seorang aktivis lingkungan yang sebelumnya terlibat di program pemerintah soal penanganan pemukimah kumuh mendirikan Bank Sampah Anyelir pada 26 Desember 2018.
“Awalnya ada keinginan masyarakat mengelola sampah yang tidak tertangani, maka akhirnya dibentuklah Bank Sampah dengan dukungan PT Pegadaian. Mulai dari awal pembangunan tempat, sewa lokasi, hingga sarana dan prasarananya dibantu langsung Pegadaian," kata Iskar kepada IDN Times saat ditemui, Selasa (30/9/2025).
Bank Sampah Anyelir menjadi yang pertama dan satu-satunya yang dibentuk PT Pegadaian saat itu. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sekitar semakin melek dengan sampah. Mereka rajin mengepul dan mengantarkannya ke Bank Sampah Anyelir.
"Prosesnya juga gampang. Warga mengantarkan sampah, kemudian kami kerja sama dengan pihak penampung. Kemudian mereka tidak mendapat uang cash, dan langsung dibuatkan tabungan emas Pegadaian," ucap alumni Universitas Islam Negeri Sumut ini.
Satu yang ditekankan Iskar di Bank Sampah Anyelir adalah berapapun sampah yang diberikan harus diterima. Soalnya berbeda dengan pengepul barang bekas. "Satu lembar ataupun botol sirup pun harus diterima. Konsep kita itu bukan profitnya, tapi bagaimana masyarakat memahami untuk mengelola dan mengantarkan sampahnya.
Saat ini Bank Sampah Anyelir sudah memiliki 300 nasabah. Seluruhnya terhubung ke Pegadaian melalui tabungan emas. Mereka juga sudah memerluas lokasi dengan pindah di Jalan Bajak V, Kecamatan Medan Amplas.
"Setiap bulan rata-rata kami mengolah 3 ton sampah, baik organik maupun anorganik. Nasabah yang datang tidak hanya dari warga sekitar, tetapi juga dari kecamatan-kecamatan lain," tambahnya.
Selain mengumpulkan sampah, mereka juga aktif membuat pelatihan-pelatihan untuk pengolahan sampah. Terutama sampah plastik. "Dari plastik misalnya, kami adakan pelatihan membuat bunga, sementara dari organik kami kembangkan pupuk sederhana tanpa bahan kimia yang sangat bagus untuk tanaman," kata pria berusia 48 tahun ini.
Bank Sampah Anyelir juga rutin melakukan sosialisasi dan edukasi terkait dengan sampah ke masyarakat. Pada September–Oktober ini akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan.
"Saat ini kami melaksanakan program Indonesia Bersih di 21 kecamatan di Kota Medan, bekerja sama dengan pemerintah kota dan sejumlah OPD. Konsepnya sederhana masyarakat menabung sampah yang kemudian dikonversi menjadi tabungan emas," tambahnya.
Sebagai pionir bank sampah Pegadaian, saat ini Iskar juga gencar mensosialisasikan soal pembukaan bank sampah baru. Menurutnya saat ini ada 12 Bank Sampah binaan PT Pegadaian di wilayah sekitar Aceh-Sumut. Para bank sampah ini juga terintegrasi dalam Forum Sahabat Emas Peduli Sampah Indonesia (FORSEPSI). Ini jadi wadah bagi para penggiat lingkungan, komunitas peduli lingkungan, dan Bank Sampah binaan PT Pegadaian untuk bersama-sama mengatasi krisis sampah di Indonesia.
"Mulai dari Banda Aceh, Langkat, Medan, Tapanuli Selatan, hingga Rantau Prapat. Bahkan sistem kami sudah berbasis aplikasi, baik untuk pengelolaan sampah maupun tabungan emas, sehingga masyarakat bisa memantau dari rumah lewat Pegadaian Peduli apakah sampah itu sudah disetor atau belum," ucapnya.
Hingga kini manfaat nyata sudah dirasakan para nasabah. Mereka yang awalnya hanya tahu sampah sebagai barang tak bernilai justru kini mendapat manfaat dari sampah.
"Ada nasabah yang bisa menikahkan anaknya dengan tabungan emas, ada yang membeli sepeda motor, bahkan ada yang sudah umrah. Apalagi sekarang harga emas juga tinggi," bebernya.
Tak hanya nasabah yang mendapat manfaat, petugas bank sampah juga mendapatkan bantuan. "Uniknya di Bank Sampah Pegadaian ini setiap pengurusnya itu mendapatkan bantuan biaya sosial pendidikan setiap tahun," jelasnya.
Menurutnya pengelolaan sampah adalah investasi masa depan yang harus dipikirkan bersama. "Selain manfaat ekonomi, saya selalu mengingatkan bahwa pengelolaan sampah di bank sampah memberi tiga investasi. Kesehatan karena menjaga lingkungan, amal jariah karena mengurangi sampah di sekitar, dan investasi hari tua karena tabungan emas bisa menjadi bekal pendidikan maupun kebutuhan masa depan," ucapnya.
Martina (58) adalah salah satu nasabah yang sudah merasakan manfaat dari menabung sampah jadi emas. Wara Kelurahan Mandala III, Kecamatan Medan Denai ini sudah 7 tahun menjadi nasabah tabungan emas PT Pegadaian berkat mengumpulkan sampah di Bank Sampah Anyelir.
"Waktu itu pada 2018 ada sosialisasi di kantor lurah. Mereka menjelaskan jika sampah ini sebenarnya bisa diolah, bahkan bisa jadi emas dalam bentu tabungan karena kerja sama dengan Pegadaian. Dari sosialisasi itu saya tertarik, maka saya mulai kumpulkan plastik-plastik bekas belanja, bungkus kertas, sampai botol air mineral yang saya bersihkan di rumah. Ternyata sampah itu dihargai dan benar-benar bisa jadi emas," kata Martina kepada IDN Times, Selasa (30/9/2025).
Selain sampah dari rumah tangganya, karena sudah tahu manfaatnya, Martina rela mencari sampah-sampah plastik yang berada di jalan.
“Kalau dulu waktu antar cucu saya main bola, saya bawa bungkusan kemudian kumpulkan bekas-bekas sampah plastik dari air mineral itu. Sampai ke daerah-daerah Binjai sana saya tempuh,” ucapnya.
Hingga kini, Martina sudah berhasil mengumpulkan sekitar 6 gram emas dari hasil menabung sampah. Saat ini Martina belum mencairkan tabungan ersebut, karena nantinya akan digunakan untuk cita-citanya berangkat umrah.
“Targetnya kalau bisa tahun 2026. Sebenarnya sekarang sudah bisa kalau daftar, karena kan ada program Pegadaian dari tabungan emas itu. Semoga nanti cukup untuk umrah," ujar ibu rumah tangga itu.
Martina biasanya mengumpulkan sampahnya dulu kemudian menyetornya saat sudah banyak. Selain mengantarkan langsung, pihak bank sampah juga mau menjemputnya.
“Seperti waktu itu mesin cuci saya rusak, dibongkar kemudian bisa dibawa. Tergantung kita saja, kalau minta mereka jemput mereka mau jemput,” katanya.
Kadang ia mengantar langsung ke bank sampah, kadang juga dijemput oleh petugas bila sampah dalam jumlah besar. Bahkan, ia juga berusaha mengajak teman-teman dan tetangganya untuk melakukan hal serupa, meski tidak semua mau ikut.
“Manfaatnya banyak. Selain lingkungan lebih bersih, tabungan emas bisa untuk masa depan. Saya berharap semakin banyak warga yang sadar dan ikut menabung emas lewat sampah,” tutur Martina.
Langkah ini merupakan upaya Pegadaian mengEMASkan Indonesia. Dalam laporan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RKAB) Pegadaian 2024, perseron berkomitmen mencapai misi Net Zero Emission. Mereka telah Menyusun Zero Roadmap untuk tahun 2026 sampai tahun 2065.
Melalui roadmap tersebut, Perseroan menargetkan untuk melakukan reduksi emisi GRK yang terus meningkat sebesar 5,3 persen per tahun. Secara kumulatif, Perseroan telah mentargetkan bahwa di tahun 2062 telah berhasil mencapai net zero emission.
Dengan terus mengaktifkan bank sampah di berbagai daerah, jadi upaya Pegadaian untuk mencapai itu. Ini juga jadi bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) Pegadaian. Dalam RKAB tersebut, ada 225 bank sampah baru di seluruh Indonesia. Total dari data FORSEPSI ada 240 bank sampah aktif.
Deputi Operasional PT Pegadaian Kanwil I Medan Basuki Tri Andayani, mengatakan Pegadaian sangat mendukung ekosistem masyarakat peduli lingkungan yang terwadahi dengan adanya bank sampah. Apalagi ada manfaat ekonomi yang mereka terima. Maka, masyarakat tidak lagi memandang sampah sebagai kotoran.
"Sampah yang sebenarnya bisa diubah menjadi barang bernilai jual. Dampaknya bukan hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesejahteraan masyarakat. Apalagi plastik yang sulit terurai, harus diolah agar tidak merusak alam,” ujar Basuki saat gathering media 23 September 2025 lalu.
Saat ini Pegadaian tak hanya fokus pada bisnis. Mereka juga aktif memberikan edukasi lewat program "Memilah Sampah Menjadi Emas". Apalagi mereka juga menggandeng FORSEPSI untuk melakukan edukasi. Pegadaian juga memberikan modal berupa peralatan kerja hingga kendaraan angkut sampah.
Selain itu Pegadaian juga melibatkan ekosistem sepak bola dalam upaya mengedukasi pengolahan sampah ini. Apalagi Pegadaian merupakan sponsor Pegadaian Championship (dulu Liga 2) dengan tagline #mengEmaskanIndonesia selama tiga musim terakhir. Tahun lalu mereka mensosialisasikan kepadad suporter agar bisa ikut dalam program sampah jadi emas ini. Setiap usai laga, para suporter diminta untuk mengumpulkan sampah-sampah di stadion.
“Pola bisnisnya sudah jalan dari masyarakat. Pegadaian menawarkan dengan sistem tabungan emas,” pungkasnya.