Medan Film Festival atau MFF Vol 2 akan digelar dengan tema Expanding Creativity (Dok. Istimewa)
Festival director Andi Hutagalung berharap MFF Vol. 2 bisa menjadi perayaan sinema dan kreativitas tanpa batas, yang menyatukan para pecinta film dan profesional industri dalam satu ajang bergengsi. Dengan mengundang berbagai perspektif global ke kota Medan, festival ini tidak hanya menjadi wadah bagi sineas untuk berbagi karya tetapi juga menciptakan lingkungan kolaboratif yang produktif.
"Melalui visi "Expanding Creativity," MFF Vol. 2 siap menjadi gerbang inspirasi dan kolaborasi bagi para sineas, menghubungkan kota Medan dengan dunia melalui bahasa sinema," katanya.
Sementara itu, dr. Daniel Irawan selaku festival programmer MFF mengatakan wajah atau fasad sebuah festival film selain berada pada program penyertanya ada pada seleksi maupun kurasi film-film yang ditayangkan dalam festivalnya. Seberapa besar daya tarik line up-nya bagi audiens penikmat film baik feature film maupun film pendek, dan seberapa penting koneksi di antara film-film itu menyampaikan relevansi terhadap tema festivalnya secara keseluruhan.
"Dalam mengusung visi Expanding Creativity tadi, kami tetap berupaya menghadirkan film-film yang mempertegas usaha menjadikan MFF sebagai sebuah Hub Kreativitas di kawasan Asia khususnya Asia Tenggara," jelasnya.
Official selections MFF Vol. 2 tetap diisi oleh film dari ragam negara yang mengedepankan kolaborasi kreativitas. Dari China ada “Wonderful Youth Alley-oop”, drama basket karya sutradara Ju Xingmao, dari Malaysia ada “Lubuk” karya Mark Lee See Teck, juga drama romansa produksi Indonesia – Jepang “Roman Peony” karya Alfrits John Robert, film produksi India – Prancis “Girls Will be Girls” karya sutradara Shuchi Talathi yang memenangkan Film Terbaik kompetisi sutradara perdana di Jakarta World Cinema (JWC) 2024, film horor “Pemukiman Setan” karya Charles Gozali hingga dokumenter artis horor legendaris “Suzzanna – The Queen of Black Magic” karya David Gregory dari Severin Films, UK, yang di ko-produseri kritikus-akademisi film Ekky Imanjaya.
Selain itu, MFF Vol. 2 juga akan menayangkan drama klasik Indonesia tahun 1980 karya Slamet Rahardjo yang berlokasi di Samosir, “Seputih Hatinya Semerah Bibirnya” dalam program kolaborasi “Tribute to the Works of Hendrick Gozali” beserta sejumlah film lainnya termasuk karya-karya sineas lokal Medan.