Medan Butuh Pemimpin Bervisi Kuat untuk Membangun SDM Berkualitas

Medan, IDN Times - Masalah kualitas sumber daya manusia (SDM) ditengarai menjadi salah satu penyebab proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga implementasinya di Kota Medan, belum berjalan maksimal.
Hal inilah yang menjadi salah satu fokus utama dalam visi misi yang diusung oleh pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, Bobby Nasution-Aulia Rachman pada Pilkada Medan 2020.
Pengamat Komunikasi Politik, Anang Anas Azhar mengungkapkan, minimnya kualitas SDM di Kota Medan membuat program-program pembagunan tak berjalan lancar.
"Beberapa orang, terutama kepala dinas, ditempatkan bukan pada bidangnya. Sehingga masalah-masalah yang ada di instansi atau dinas tertentu, tidak bisa diselesaikan dengan baik," kata Anang di Medan, Senin (2/11/2020).
1. Program peningkatan kapasitas dan kualitas SDM pun terkesan program rutin, tanpa inovasi

Bisa jadi, kata dia, Pemko Medan kekurangan SDM untuk ditempatkan pada posisi-posisi strategis. Sehingga, SDM yang ada ditempatkan pada posisi tertentu tanpa mempertimbangkan keahlian. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja instansi tersebut.
Masalahnya, sejak lama Pemko Medan seolah-olah berdiam diri. Program peningkatan kapasitas dan kualitas SDM pun terkesan program rutin, tanpa inovasi.
Dia kemudian mengupas satu visi misi yang diusung oleh pasangan Bobby-Aulia dalam bidang pendidikan. Satu program yang bakal dibuat adalah pengiriman pelajar ke Timur Tengah dan beberapa negara Eropa dengan skema beasiswa. Menurut Anang, misi ini sangat bagus, terutama dalam upaya meningkatkan kapasitas SDM di Medan. Bukan hanya berguna untuk Pemko Medan, tapi yang paling utama adalah peningkatan kapasitas di masyarakat.
2. Banyak pelajar dari Medan sekolah di luar negeri, namun enggan pulang

Selama ini, kata dia, banyak pelajar dari Medan yang telah bersekolah di Timur Tengah dan beberapa negara lain di luar negeri. Namun, ketika mereka lulus, sebagian besar dari mereka justru tak pulang ke Medan untuk membesarkan daerah. "Banyak yang memilih tinggal di luar negeri, banyak juga yang ke luar daerah," katanya.
Dengan program yang diusung Bobby-Aulia ini, otomatis mereka akan pulang ke Medan. Beasiswa akan diberikan penuh, dengan catatan mereka harus pulang ke Medan setelah lulus. Tentu harus ada komitmen yang dibuat di awal.
Bobby-Aulia pun tak pusing memikirkan anggaran beasiswa yang akan diberikan. Tentu akan sangat memberatkan jika ditampung dalam APBD. Bobby dengan aksesibilitas tingginya, baik di daerah hingga pusat, tentu bisa mendapatkan dana CSR perusahaan dengan mudah.
"Apalagi di Medan ini ada ribuan perusahaan swasta. Ambil saja 10 persen CSR dari mereka untuk program beasiswa ini, angka itu sudah sangat banyak. Tentu ini program yang sangat bagus untuk jangka panjang," jelasnya.
Dia menilai, program tersebut merupakan terobosan baru yang sangat baik di Medan. Pemimpin Kota Medan sebelum-sebelumnya, hingga masa kepemimpinan Dzulmi Eldin-Akyar Nasution, bahkan tak memikirkan program ke arah sana.
3. Butuh pendamping dari tokoh agama dan intelektual

Selain itu, dia menyebut, pasangan Bobby-Aulia memenuhi kriteria yang diinginkan masyarakat Medan memperbaiki Kota Medan yakni energik, muda dan memiliki kapasitas. Pemimpin energik itu, bahwa Bobby Nasution memiliki kapasitas dengan jaringan yang tidak hanya ditingkat kota tapi juga ke tingkat pusat. "Jaringan itu perlu untuk membangun Kota Medan. Dari dahulu kota ini dibangun oleh janji-janji pemimpinnya tapi belum ada teralisasi sepenuhnya," ungkapnya.
Menurutnya, dengan kepemimpinan Bobby-Aulia, infrastruktur Kota Medan akan dibangun secara luar biasa, apalagi Bobby Nasution merupakan menantu orang nomor 1 di Indonesia sehingga sangat mudah melakukan kordinasi dan konsolisasi pada anggaran pusat yakni Dana Alokasi Khusus (DAK) yang lebih besar diberikan ke Kota Medan.
Pasangan Bobby-Aulia yang telah mendapat dukungan dari para ulama juga merupakan signal bahwa umat Islam memiliki pemimpin yang dekat dengan ulama-ulama. Apalagi, visi Bobby dalam membangun SDM keagamaan dengan cara mengirim lulusan pesantren ke Timur Tengah dengan skema beasiswa.
"Para alumni pesantren bisa dikuliahkan di universitas Timur Tengah, dan setelah tamat mereka bisa pulang untuk membangun Medan. Ini visi keagamaan yang harus didukung, karena Bobby tidak bisa kerja sendiri tapi butuh pendamping dari tokoh agama dan intelektual," katanya.