Massa AKBAR berunjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumatra Utara dalam peringatan Hari Buruh Internasional, Kamis (1/5/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)
Angka pengangguran yang tinggi di Indonesia juga menjadi sorotan AKBAR Sumut. Pemerintah dinilai tidak mampu memberikan solusi terkait permasalahan Ketenagakerjaan yang ada.
"Kondisi ketenagakerjaan saat ini menunjukkan jumlah angkatan kerja yang tidak seimbang dengan kesempatan kerja yang tersedia, menimbulkan tingginya tingkat pengangguran yang ada. Persaingan tenaga kerja yang kian besar juga tidak mampu dibaca oleh pemerintah sebagai permasalahan yang harus dicari solusinya," kata Dinda.
Kondisi ini pula yang menjadi akibat meningkatnya pasar kerja di sektor pekerjaan informal hingga mencapai 58 persen kurang lebih dari total pekerja Indonesia. Ini merupakan sebuah persoalan yang menunjukkan besarnya risiko dan kerentanan pekerja sektor informal yang juga belum dijamin oleh negara dalam Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Sayangnya, berbagai kebijakan yang ada (sudah pasti); UU Cipta Kerja bahkan UU Ketenagakerjaan tidak dapat memberikan kesejahteraan, keadilan, dan perlindungan kepada kaum buruh dan tidak menjawab masalah utama yang dihadapi oleh buruh.
"Masalah seperti upah murah, outsourcing, freelance yang bukan dianggap buruh, tidak adanya kepastian status hubungan kerja bagi buruh di berbagai sektor, diskriminasi terhadap pekerja terutama ragam gender dan seksualitas,kebebasan berserikat yang semu, pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak, tidak adanya pemenuhan atas hak-hak buruh, dan berjubel masalah kelas buruh yang lain," ungkapnya.
Saat ini, kata Dinda, buruh juga semakin jauh dari kesejahteraan dan keadilan dengan munculnya Undang-undang TNI. Potensi kriminalisasi terhadap buruh yang menuntut haknya, kian tinggi.
"Tentu, ini menjadi alarm tanda bahaya bagi gerakan buruh untuk semakin memperkuat gerakan rakyat untuk menolak segala bentuk pembungkaman terhadap gerakan buruh.Seluruh persoalan yang dipaparkan di atas adalah dampak dari sistem ekonomi-politik yang saat ini bercorak kapitalistik yang dijalankan oleh para Oligarki. Rakus dalam menghisap tenaga buruh seperti babi dan mencengkeram dengan kuat seperti gurita," katanya.