Kedatangan massa Unimed ke DPRD Sumut (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Sebagai mahasiswa yang belajar di kampus pendidikan, massa Unimed menyoroti soal nasib guru. Bagi massa aksi, kesejahteraan pengajar adalah investasi peradaban yang memuliakan dan meningkatkan kualitas pendidikan.
Kesejahteraan guru dan dosen bukan hanya urusan ekonomi, tetapi juga penghargaan terhadap profesi yang berperan penting dalam membentuk generasi bangsa dan memajukan peradaban. Pendidikan disebut Linton sebagai investasi untuk membangun sumber daya manusia dan kemerdekaan bangsa.
"Kami mahasiswa Unimed pencetak guru. Kami merasa miris ada narasi yang mengatakan guru beban negara. Apalagi guru honorer gajinya sangat miris. Kami ingin memperjuangkan itu. Pendidikan dilecehkan, padahal tanpa pendidikan apapun tak bisa jalan," ujar Linton.
Ia juga menyinggung realitas lapangan yang menunjukkan dedikasi tinggi guru, namun sering kali tidak sebanding dengan kesejahteraan finansial dan profesional. Hal ini disebut Linton berdampak negatif pada motivasi, kualitas pengajaran, dan pada akhirnya menurunkan kualitas pendidikan nasional.
Banyak guru dan dosen terutama di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal), menghadapi tantangan berat. Linton menyebutkan tantangan itu mencakup akses terbatas, gaji minim, hingga fasilitas yang kurang menyokong.
"Kami tekankan pemerintah kalau boleh gaji guru harus layak. Kami tak meminta guru harus kaya, tapi minimal disejahterakan dan difasilitasi segala penelitiannya," beber pimpinan aksi yang menjabat di bidang eksternal Senat Mahasiswa Unimed itu.