Massa FSPMI juga menyampaikan kritik pedas terhadap aksi sejumlah kelompok buruh lainnya yang memilih merayakan May Day dengan ikut dalam acara hiburan yang dibuat pemerintah.
Massa menilai, May Day dalam sejarahnya dipenuhi dengan darah dan air mata. Terkhusus tragedi Alun-alun Haymarket, Amerika Serikat yang memakan banyak korban.
“Analogi May Day seperti itu ibarat Ayahmu meninggal baru 40 hari tahlilan. Istri atau kerabat kita bilang jangan tahlilan. Bagaimana perasaan kawan-kawan. Sakit kan?. Kami menolak berjoget ria,” ujar massa.
Perayaan Hari Buruh yang digelar pemerintah tersebar di sejumlah titik. Diantaranya ada di Lapangan Merdeka dan Lapangan Benteng Kota Medan.
“Selama upah buruh masih murah, sistem kerja kontrak masih ada di Sumut. Kita tidak akan bergandengan dengan pemerintah untuk merayakan May Day,” pungkas Willy.