Aceh Tamiang, IDN Times - Jembatan Sungai Tamiang menjadi salah satu pusat pengungsi banjir kabupaten yang berbatasan dengan Sumatra Utara itu. Di jembatan tersebut berdiri satu tanda dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Ditambah tenda - tenda yang dibuat oleh pengungsi secara mandiri.
Malam Tanpa Listrik di Tamiang, Hanya Lilin dan Senter Jadi Penerang

Intinya sih...
Kondisi pengungsian sangat memprihatinkan. Malam hari gelap, banyak nyamuk, dan aroma tidak sedap dari bekas banjir.
600-an warga sudah mengungsi di jembatan sejak banjir menghantam Tamiang Rabu (25/11/2025). Banyak yang sakit dan butuh akses tenaga listrik.
Warga bingung buang air di mana. Mereka berharap pemerintah bisa menempatkan toilet umum dan akses air bersih karena sanitasi menjadi kebutuhan mendesak.
1. Kondisi pengungsian sangat memprihatinkan
Kondisi pengungsian sangat memprihatinkan. Apalagi saat malam hari. Kondisinya gelap, banyak nyamuk. Belum lagi aroma tidak sedap dari bekas banjir.
Pengungsi juga harus bertahan dari debu. Karena lokasi pengungsian bersebelahan dengan jalan lintas Medan-Aceh.
"Kami hanya pakai lilin. Kalau pun ada senter, tidak semua yang punya," ujar Muhammad Amin, Kepala Dusun Citra Gampong (Desa) Sukajadi, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Sabtu (6/12/2025) malam.
2. 600-an warga sudah mengungsi di jembatan
Sejak banjir menghantam Tamiang Rabu (25/11/2025), Amin dan 615 warganya sudah mengungsi ke jembatan itu. Pengungsi mulai dari usia balita hingga lansia.
Sudah banyak pengungsi yang mulai jatuh sakit. Kata Amin warganya sudah banyak yang menderita gatal-gatal, demam, batuk. "Beberapa tim medis sudah ke sini. Memberikan obat kepada warga yang membutuhkan," kata Amin.
Beberapa warga juga sudah dilarikan ke rumah sakit. Dia berharap, pengungsi di jembatan bisa mendapatkan akses tenaga listrik. Sehingga mereka bisa mendapatkan penerangan pada malam hari.
3. Warga bingung buang air di mana
Mereka juga berharap pemerintah bisa menempatkan toilet umum dan akses air bersih. Akses sanitasi memang jadi kebutuhan mendesak juga. "Sampai sekarang kami bingung mau buang air di mana," pungkasnya.
Meski sudah surut, sampai hari ini Kabupaten Tamiang masih gelap total. Listrik belum juga pulih meski di lapangan sejumlah petugas terlihat melakukan perbaikan jaringan.