Rawi pun melanjutkan cerita hingga soal video viral tersebut. Awal mulanya, Komla hendak dipindahkan ke ruang ICU. Keluarga pun menyetujuinya lantaran kondisi Komla semakin lemah. Namun pemindahan itu berlangsung lama. Bahkan Rawi menunggu hingga dua jam sampai akhirnya perawat datang. Itu pun setelah Rawi mempertanyakan kenapa ibunya tak kunjung dipindahkan.
Kemudian seorang perawat datang membawa tabung oksigen. Rawi pun bertanya soal tabung oksigen itu. Kenapa, karena dia sempat mendengar cerita dari perawat jika stok oksigen kosong.
Selang oksigen dari saluran langsung di rumah sakit pun dipindahkan ke tabung. Namun Rawi melihat kecurigaan. Dia menduga, ada perbedaan tekanan oksigen dari saluran langsung dan tabung.
Ketika tempat tidur pasien mulai berjalan, tiba-tiba tekanan oksigen menghilang. Rawi pun mempertanyakan kondisi itu. Rawi merasa tidak puas. Dia tetap menduga tabung itu kosong.
Di tengah kepanikan itu, seorang dokter datang. Kondisi Komla kian kritis. Sang dokter mencoba melakukan penyelamatan. Rawi pun meminta supaya dokter mengecek kondisi tabung oksigen. Kata Rawi, dokter tersebut juga mengatakan tabung oksigen itu kosong.
Rawi semakin panik. Sementara ibunya semakin lemah. Kondisi kepanikan itu pun ditambah dengan peralatan pendukung yang diduga rusak. Seperti kata Rawi, alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah sudah rusak.
“Dari tanggal 19 Mei mereka gunakan alat itu mati hidup, mati hidup, tulisannya eror tapi itu juga yang digunakan untuk mama, yang monitor, begitu juga yang ditangan yang dijepit mati hidup mati hidup. Itu peralatan rumah sakit tak safety. Dia tekan-tekan alat2 itu yang rusak dia (dokter) paksa tidak terdeteksi,” ujarnya.
Rawi pun semakin geram. Dia melarang perawat itu keluar dari ruangan. Hingga akhirnya perawat itu pingsan seperti terekam dalam video. Rawi pun membantah jik dia melakukan penganiayaan kepada suster yang pingsan.
“Suster itu datang, saya bilang buka masker kau. tangan saya tidak ada menyentuh maskernya tidak terbuka, dia nahan maskernya pake tangan, dia mutar, Pas mutar jatuh. Saya bilaang, kau gak usah pura-pura jatuh kau, ga usah pura pura pingsan kau,” ujarnya menirukan perkataan saat itu.
Begitu perawat itu pingsan, dokter yang ada di dalam ruangan langsung mencobamemberikan pertolongan. Sementara, ibu Rawi yang kian lemah dibiarkan. Saat itu sekitar pukul 22.00 WIB.
Rawi semakin mengamuk. Dia mencari semua perawat. Namun, kata Rawi saat itu seluruh perawat tidak ada. Bahkan dia mengecek di pos perawat jaga, semuanya tidak ada.
“Itu tidak ada ditangani sama sekali. Kita ribut disitu. Dokter soni itu gak pernah datang lagi, terus ada dokter lain itu datang dia mohon maaf pak, kakak, adik, memang ibu sudah meninggal dunia katanya,” ujarnya.