Jika memang keracunan akibat makanan atau lauk daging babi, papar dia, maka pihaknya kemungkinan akan mengandeng Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, untuk melakukan atau mengontrol hewan ternak disana.
"Dikampung itu memang ada beberapa warga yang beternak. Tapikan belum juga bisa kita pasrikan dari lauk itu," jelas dia.
Sebab, terangnya, dari 6 korban yang dirawat adalah jemaat yang membawa bontot makanan itu ke rumah dan disantap kembali bontot itu keesokan harinya. "Bisa jadikan nasinya basi atau ada faktor lain. Makanya nanti pasti kita kabarilah," tegas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebanyak 82 warga yang tercatat sebagai jemaat Hereja HKBP Dusun I Tungkam Jaya, Desa Pangkalansiatak, Kecamatan Pangkalansusu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, dilaporkan mengalami keracunan massal, Rabu (26/2) pagi.
Sebagian besar korban mengaku mengalami pusing, sakit perut, mual dan muntah, serta mencret. Beberapa di antaranya bahkan menderita dehidrasi berat dan demam tinggi.
Dari jumlah itu, enam warga dirawat intensif di RSU Pangkalan Brandan, setelah sempat mendapat penanganan medis oleh petugas Puskesmas Pangkalansusu. Sedangkan korban lainnya menjalani rawat jalan.
Namun pada Rabu (26/2) malam, jumlah korban keracunan massal justru bertambah satu orang. Oleh pihak Puskesmas Pangkalansusu, korban kemudian dirujuk ke RSU Pangkalanbrandan, dan dirawat bersama enam korban lainnya.
Informasi dhimpun, seluruh korban diduga keracunan makanan usai menyantap lauk dari olahan daging babi, saat jamuan makan bersama di halaman Gereja HKBP Dusun I Tungkam Jaya, Desa Pangkalansiatak, pada Selasa (25/2) siang.