Kontraktor Segel Sejumlah Ruangan RSD Madani Pekanbaru

Pekanbaru, IDN Times - Sejumlah tempat dan ruangan di Rumah Sakit Daerah (RSD) Madani Kota Pekanbaru, Provinsi Riau disegel pihak kontraktor atau rekanan rumah sakit tersebut, Rabu (7/5/2025). Hal itu dilakukan karena pekerjaan atau pembangunan yang telah selesai dikerjakan oleh para kontraktor di rumah sakit milik Pemerintah Kota Pekanbaru itu, tak kunjung dibayarkan.
Dengan dilakukan penyegelan itu, para kontraktor tersebut menuntut Pemerintah Kota Pekanbaru di bawah kepemimpinan Agung Nugroho-Markarius Anwar, untuk menyelesaikan pembayaran pekerjaan mereka.
Nofrizal selaku perwakilan kontraktor saat dikonfirmasi IDN Times mengatakan, dirinya bersama para kontraktor lainnya memberikan ultimatum apabila dalam seminggu ini tidak juga dibayarkan, mereka akan membongkar ruangan dan alat yang ada di RSD Madani, termasuk ruang inap pasien.
"Dalam waktu satu minggu tidak ada keputusan, kami akan kosongkan ruangan, dan kami minta kosongkan pasien, kami tidak akan menganggu pasien," terangnya.
Lebih lanjut dikatakannya, ia bersama kontraktor-kontraktor lainnya, sudah tidak percaya dengan undangan rapat dan sebagainya dari Pemerintah Kota Pekanbaru.
"Sebelumnya Asisten II Pemerintah Kota Pekanbaru (Ingot Ahmad Hutasuhut) pernah berjanji untuk memfasilitasi pertemuan. Tapi ini sudah lewat 15 hari, pertemuan itu tak terealisasi sampai sekarang," lanjutnya.
"Makanya kami langsung segel saja," sambungnya.
Sementara itu, perwakilan RSD Madani dr Hasnar mengatakan dalam diskusi singkat bersama para kontraktor itu, bahwasanya pihaknya akan melakukan inventarisasi, mana barang yang masih memiliki hutang dan tentu ia meminta waktu lebih kepada kontraktor untuk rapat dan menyiapkan strategi pembayaran.
"Tentu kami menyusun strategi agar nantinya pasien tidak terganggu, kami akan rapat dengan manajemen dan bidang pelayanan agar dapat langkah-langkah yang strategis, menjelang ada keputusan pimpinan," katanya.
1. Ada 100 orang korban, kerugian Rp54 miliar
Nofrizal menerangkan, dalam hal ini, ada 100 orang yang menjadi korban. Tidak hanya kontraktor, vendor-vendor alat kesehatan dan obat-obatan juga menjadi korban.
"Kalau jumlah keseluruhan (korban), diluar kontraktor ada juga. Mereka vendor-vendor Alkes (alat kesehatan) dan obat-obatan juga menjadi korban. Total kami ada 100-an orang," terangnya.
Tidak sampai disitu, jika ditotalkan, uang hasil keringat mereka yang belum dibayarkan adalah Rp54 miliar.
"Totalnya Rp54 miliar uang kami yang belum dibayar pihak RSD Madani," ujarnya.
Untuk diketahui, pembayaran uang para kontraktor itu tak lunas sejak tahun 2022 hingga saat ini.