Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Komunitas budaya Rumahela bersama musisi Batak Viky Sianipar menanam 1.000 bibit pohon di kawasan Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula (dok.istimewa)
Komunitas budaya Rumahela bersama musisi Batak Viky Sianipar menanam 1.000 bibit pohon di kawasan Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula (dok.istimewa)

Intinya sih...

  • Penanaman 1.000 bibit pohon di Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula dilakukan oleh Komunitas Rumahela dan musisi Batak Viky Sianipar sebagai simbol kepedulian terhadap alam dan warisan budaya Batak.

  • Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Komunitas Rumahela Diego Albertus Naibaho untuk menjaga agar air mata Pusuk Buhit tidak mengering dan melindungi kampung dari praktik penebangan liar.

  • Aksi penghijauan "Manjou Mulak Mata Mual" memiliki makna filosofis mendalam, yaitu menghidupkan kembali mata air yang telah lama mati, serta mendapat dukungan serius dari pemerintah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Samosir, IDN Times- Komunitas budaya Rumahela bersama musisi Batak Viky Sianipar menanam 1.000 bibit pohon di kawasan Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, pada 7–11 Oktober 2025. Aksi ini menjadi simbol kepedulian terhadap kelestarian alam sekaligus pelestarian warisan budaya Batak.

Kegiatan bertajuk “Manjou Mulak Mata Mual” atau memanggil kembali mata air ini diikuti oleh puluhan pemuda, tokoh budaya, dan musisi Batak seperti Ogar Nababan dan Sintong Pasaribu. Mereka bersama-sama menanam 900 bibit aren, 50 bibit kemenyan, dan 50 bibit beringin di Situs Mata Mual Aek Tala-tala, kawasan sakral di kaki Gunung Pusuk Buhit.

1. Penanaman dilakukan agar air mata Pusuk Buhit tidak mengering

Komunitas budaya Rumahela bersama musisi Batak Viky Sianipar menanam 1.000 bibit pohon di kawasan Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula (dok.istimewa)

Kegiatan pelestarian alam ini dipimpin Ketua Komunitas Rumahela Diego Albertus Naibaho, bersama Nurhayati Situmorang (Penasihat Komunitas Rumahela), Togav Panjaitan, serta para musisi nasional Batak Viky Sianipar, Ogar Nababan, dan Sintong Pasaribu.

Ketua Komunitas Rumahela, Diego Albertus Naibaho, mengatakan aksi ini merupakan bentuk dedikasi komunitas untuk melestarikan situs-situs peninggalan leluhur Batak, khususnya di kawasan Danau Toba.

“Tujuan penanaman ini agar mata air di Pusuk Buhit tidak mengering. Air dari lokasi ini merupakan air suci bagi masyarakat Batak yang rutin datang untuk berziarah dan berdoa,” ujar Diego, Senin (13/10/2025).

2. Jaga kampung dari praktik penebangan liar

Komunitas budaya Rumahela bersama musisi Batak Viky Sianipar menanam 1.000 bibit pohon di kawasan Pusuk Buhit, Desa Sianjur Mulamula (dok.istimewa)

Menurutnya, ketiga jenis pohon yang dipilih memiliki kemampuan menyerap dan menyalurkan air dari dalam tanah, sehingga dapat membantu menjaga debit mata air yang menjadi sumber kehidupan masyarakat di lereng Pusuk Buhit.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi contoh bagi seluruh Pomparan Ni Siraja Batak agar ikut menjaga kampung halaman dari praktik penebangan liar yang bisa merusak keseimbangan alam,” tambahnya.

3. Manjou Mulak Mata Mual berarti menghidupkan kembali mata air yang telah lama mati

Pemandangan Danau Toba dari Tongging (IDN Times/Doni Hermawan)

Aksi penghijauan ini, lanjut Diego, bukan sekadar kegiatan lingkungan, tetapi juga memiliki makna filosofis mendalam. “Manjou Mulak Mata Mual berarti menghidupkan kembali mata air yang telah lama mati — sebuah ajakan agar kita semua menyadari pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan alam,” katanya.

Sementara itu, musisi Viky Sianipar yang turut menanam pohon berharap gerakan ini mendapat dukungan serius dari pemerintah.

“Kami mengajak seluruh masyarakat Batak, di mana pun berada, untuk ikut menanam dan merawat pohon di Pusuk Buhit. Kami juga meminta Pemerintah Kabupaten Samosir lebih memperhatikan kawasan ini sebagai situs budaya dan ekowisata penting,” ungkap Viky.

Editorial Team