Mobil Jenazah yang mengantarkan jenazah pasien COVID-19 ke TPU Pondok Ranggon pada Selasa (16/9/2020). IDN Times/Aldila Muharma&Fiqih Damarjati
Setelah menjalankan pekerjaan itu, ia diberi dua pesan yaitu harus ikhlas dan tidak boleh menceritakan segala aib yang terlihat saat proses memandikan jenazah.
"Ditanya ikhlas kan, saya jawab ikhlas. Tapi kalau jadi bilal itu menutup segala rahasia. Kita ini gak boleh menceritakan aib begitu saat mandikan dan dikafankan," ucap Tati.
Tak hanya itu, katanya, keberanian juga dituntut saat melakukan pekerjaan tersebut. "Gak semua orang berani. Karena sebenarnya memandikan jenazah itu gak segampang yang kita bilang. Gak sembarangan orang yang berani. Banyak orang yang kita ajak tapi belum berani," tuturnya.
Dalam proses memandikan dan mengkafani, Tati dan dua temannya, Sutina dan Sarni membuat perlengkapan secara manual. "Dari bantalnya, gunting kafannya, kita buat manual semua, bukan satu paket," tuturnya.
Menjadi bilal mayit bukanlah hal mudah, namun berkat dukungan keluarga, Tati semakin bersemangat melakukannya.
"Keluarga mendukung dan memberi support semua. Tapi dari lingkungan ditanya apa berani. Tapi sebenarnya dari diri sendiri takut juga awalnya," ucapnya.