Nek Sarah bersama suami dan cucunya di rumahnya Kecamatan Medan Belawan (IDN Times/Indah Permata Sari)
Terhitung sudah 40 tahun lamanya, Nek Sarah telah menjadi nelayan. Sayangnya, semakin hari semakin sedikit hasil mata pencarian dan tak mencukupi kebutuhan lantaran ada pukat cakar kerang. Baginya ini, menjadi musuh karena telah menghabiskan kerang di sekitaran Belawan.
“Makin berkurang, karena ada pukat cakar kerang itu. Dia menghabiskan kerang, jadi kita ini gak dapat lagi lah. Malam dia pergi, pagi dan siang juga. Habislah kerang tadi,” kata Nek Sarah yang hanya dapat mengutip sisa dari pukat cakar kerang.
Pendapatannya dalam sehari mencari kerang di laut pernah hanya Rp5 ribu untuk dibawa pulang, dan rata-rata Rp40 ribu. Jika dibandingkan sebelum adanya pukat cakar, pendapatan Nek Sarah paling sedikit Rp25 ribu dan paling banyak Rp80 ribu.
“Tak perduli dia di dekat awak meraba itu tak perduli. Tahu-tahu dia datang, diambilnya malam atau pagi. Apa yang mau kita ambil lagi. Tak ada yang diambil, hajablah (gawat) betul,” tuturnya.
Upah yang didapatnya, tidak semerta-merta dibawa pulang tapi harus dipotong untuk membayar kapal yang ditumpanginya ke laut.
"Dipotonglah, tapi kalau gaji Rp15 ribu dia (kapal yang membawanya ke laut) gak potong. Kalau gaji Rp45 ribu dia potong Rp10 ribu,” jelasnya.
Menurut Nek Sarah, sudah lebih dari 10 tahun penghasilan yang dirasakan berkurang dengan hadirnya pukat cakar kerang tersebut.
Ia berharap besar, agar pukat cakar kerang ditiadakan. Hal ini juga mengingat bahwa, para pekerja bukan diambil dari orang sekitaran Belawan melainkan orang luar.
“Kalau bisa disudahkan lah cakar itu, jangan ada lagi. Orang luar yang kerja itu, bukan orang sini “ tuturnya.
Saat melaut untuk mencari kerang, Nek Sarah tampak merasakan dingin sehingga naik keatas seluruh badannya menggeletar selama memakan waktu sampai 6 jam didalam laut.
“Turun ke air, kadang air pasang itu dinginnya minta ampun. Sampai tak bisa naik sampan nenek. Dingin betul. Gaji cuma Rp30 ribu, itu jam 1 malam pulangnya, pigi jam 6 sore. Kadang kalau pigi jam 10 malam pulangnya jam 4 pagi. Sampai gak bisa menyuap nasi lagi sangkin dinginnya,” tambahnya.
Selain rasa dingin yang menyengat saat mencari kerang, Nek Sarah juga kerap terkena duri ikan sembilang sampai ia menangis. Hingga meminta pulang karena sudah tidak tahan lagi.
Menurutnya, untuk melaut tidak sembarangan pergi begitu saja. Tapi, harus melihat kondisi laut pasang atau tidak.
Terkadang, ia sering berharap kerang yang ditangkap olehnya bisa dibayar dengan harga tinggi, untuk membawa upahnya dan menutupi kebutuhan sehari-hari.
“Kalau rasa nenek ya kepingin tapi cemana mau dikatakan ke tukang kerangnya. Kadang pemasarannya turun,” ucapnya.
Untuk persiapan ke Laut nek Sarah wajib membawa air minum, teh manis, air panas, nasi dibawa serta ikan sepotong.
Diceritakannya juga, pengalaman mencari kerang paling jauh bisa semalaman dengan hasil Rp60 ribu. Menjadi seorang nelayan pencari kerang di Belawan, baginya sudah pilihan tepat.
“Cari kerang aja. Tidak bisa aku jualan begitu. Kalau cari kerang kan tinggal berangkat,” tutur Nek Sarah.