Ujung kiri : Kader Posyandu Belawan Ujung Desi Mustika, Tengah : Dewi Safitri orangtua Muhammad Adka dan neneknya, ujung kanan : Muhammad Adka duduk dipangku oleh Kader Posyandu Bawal Kenanga, Satila saat memberikan edukasi (IDN Times/Indah Permata Sari)
Upaya orangtua untuk membebaskan anaknya dari stunting juga dilakukan oleh Dewi Safitri (22) untuk Muhammad Adka (11 bulan).
Muhammad Adka dinyatakan stunting saat usia 5 bulan. Tinggi badan 61cm dan berat badan 6 kg disebut tak sesuai dengan usianya. Sedangkan, bayi menginjak usia 5 bulan berat badan yang ideal untuk bayi laki-laki sekitar 6 sampai 9,5 kg dan panjang badan 62 hingga 70 cm.
Muhammad Adka tidak lagi stunting seiring meningkatnya berat badan menjadi 7 kg dam tinggi 65cm di usia 8 bulan.
Usaha Dewi mendengarkan penyuluhan atau edukasi tentang pola makan anak yang baik sebagai solusi tidak sia-sia. Ia juga mendapatkan bantuan dari Puskesmas Belawan Bahagia seperti susu dan bubur kacang hijau.
Adka terlihat tidur lelap saat Dewi mengayun anaknya dengan putaran musik ayat suci pada smartphone di rumah panggung mereka.
Dewi menyatakan untuk kebutuhan keluarga kadang tercukupi dan terkadang juga tidak. Suami sebagai nelayan hanya berpenghasilan Rp1,8 juta perbulan dengan hitungan kotor, sesekali menumpang pada teman yang searah untuk menghemat ongkos.
Makanan yang diberikan Dewi untuk anaknya terbebaskan dari stunting adalah makanan seperti rebusan jipang, tahu dan ikan teri goreng dan susu serta makanan dari Puskesmas.
Sejak Adka lahir, ASI Dewi tak keluar sehingga sebagai penggantinya susu formula menjadi andalan. Kader Posyandu Belawan Ujung, Desi Mustika menjelaskan di Lingkungan 19 ini terdapat 2 posyandu yakni Bawal Ujung dan Bawal Kenanga.
Di Posyandu Bawal Ujung terdapat 7 anak stunting dan Posyandu Bawal Kenanga 1 anak stunting, pada bulan April telah berkurang menjadi 4 anak stunting. Artinya 50 persen telah terbebaskan dari stunting. Sebagai rinciannya, 3 anak stunting di Posyandu Bawal Ujung, dan 1 anak stunting di Posyandu Bawal Kenanga.
Desi mengatakan anak-anak yang telah bebas dari stunting merupakan hasil dari upaya pemantauan dan penanganan serta edukasi makanan bergizi kepada para orangtua.
Kerutinan edukasi dilakukan saat orangtua datang ke Posyandu setiap bulannya, sekaligus memantau perkembangan anak mulai ukuran tinggi badan dan berat badan.
“Kami kasih motivasi juga ke orangtua agar tetap semangat agar anak-anaknya terbebaskan dari stunting,” jelas Dewi.
Dewi melihat kendala untuk dapat bebas stunting adalah kebersihan serta faktor ekonomi keluarga yang tak mencukupi gizi anaknya.
“Lingkungannya padat penduduk, kumuh, dan ini menjadi faktor anak bisa stunting. Jadi kesannya kurang sehat, asupan makannya juga. Bapaknya nelayan ikan yang dibawa itu untuk dijual, untuk beli berasnya,” tambah Dewi sebagai Kader Posyandu Bawal Ujung yanh telah 2 tahun.
Sementara itu, Satila yang sejak 1997 menjadi Kader Posyandu Kenanga menambahkan bahwa faktor ekonomi memang menjadi pemicu kurangnya asupan gizi. Namun, jika orangtua pandai dan rajin mengatur pola makan pada anaknya serta kebersihan anak akan sehat dan terbebaskan dari stunting. Makanan sehat dan bergizi yang dimaksud tak harus mahal, contohnya tempe dan tahu juga bisa.
Adapun kendala yang sering didapat para Kader Posyandu adalah saat memberikan edukasi ataupun penyuluhan pada keluarga adalah penolakan orangtua karena tidak terima anaknya dibilang stunting.
“Karena mereka merasa anaknya sehat, kalau pendek memang sudah keturunan. Sebagian orangtua ada yang menerima juga karena beda jaman dulu dengan jaman sekarang,” tuturnya.
Satila mengatakan, pihak Posyandu berinisiatif untuk memberikan setiap bulan makanan kepada anak seperti kacang hijau dan buah yang berganti-ganti.
“Ini kami sendiri yang mengendalikannya, tidak ada kelurahan, tidak ada dari pemerintah, dengan cara setiap balitanya datang kami minta bantu Rp2.000,” katanya.
Meskipun, orangtua tak memberikan uang Rp2.000 untuk makanan tambahan, kacang hijau ataupun buah tetap diberikan pada anaknya. Inisiatif ini dilakukan sejak tahun 2001 Rp1.000 dan naik menjadi Rp2.000 tahun 2016.
2 tahun belakangan ini Satila menampung permintaan ibu-ibu untuk memberikan anak mereka telur puyuh rebus karena mudah memakannya.
Satila berharap ke depannya orangtua yang anaknya dalam kondisi stunting dapat menjaga anak lebih fokus, terutama dari kebersihan, makanan, dan tidurnya.
“Gak mesti orangtuanya kaya. Kalau memang pandai mengatur pola makanan anak dan kebersihan anak, tidurnya maka anak sehat,” ujar Kader Posyandu Bawal Kenanga yang memiliki 4 anak.