Kondisi Doli Manurung saat ini (dok.istimewa)
Doli membeberkan jika saat dirinya sadar ia sudah berada di rumahnya dengan kondisi pelipis yang dipenuhi darah dengan kondisi sudah mengering. Bahkan ia sempat pergi ke klinik untuk berobat dan pelipisnya dijahit.
Doli sempat membelikan ibunya sarapan dan makan bersama, sebelum pada akhirnya ia muntah dan pamit untuk tidur lagi.
"Siangnya aku dengar suara ribut, kayak ada pengerusakan. Aku berpikir ada pembangunan, karena di samping rumahku sana ada pembangunan gereja. Tapi kok anjing tetangga menggonggong aja? Kupanggil lah mamakku, sebelum itu memang aku minta tolong sama mamakku untuk belikan obat dan tebuskan dulu di apotek, tadi pagi belum buka soalnya. Mamakku juga sekalian ngantar laundri. Namun pas aku buka kamar, orang itu udah di depan kamarku di lantai tiga. Ramai, mereka makai baju hitam semua," tutur pria berusia 34 tahun itu.
Karena kaget dengan kehadiran puluhan orang itu, Doli sempat meneriaki mereka rampok. Kemudian datang seorang pria yang ia kenal yang sebelumnya memakai baju merah, diduga Pratu AS, mengatakan "ini kau tadi yang mau mukul aku kan?"
"Jadi aku bilang, aku gak tahu dia itu angkatan. Di situ aku dipukuli di dalam kamar. Pakai tangan kosong ada, dilempar kursi juga ada, tongkat mamakku itu yang dipakai untuk jalan dibawa dari lantai bawah dipukuli aku pakai itu, kemudian ada pakai skiping. Dari lantai tiga aku dipukuli sampai dibawa ke bawah," jelasnya.
Tak hanya dihajar, beberapa barang Doli juga hilang. Di antaranya ialah 2 handphone hilang, 1 laptop, dan uang yang ditaksir hampir Rp30 juta.
"Harapanku mana baiknya, damai lah. Tapi bukan dengan korban yang dibacok itu, karena aku tidak tahu. Tapi sama yang baju merah itu, aku mau berdamai. Karena aku sama dia saja yang bermasalah. Kalau soal penganiayaan terhadapku, aku berharap diusut tuntaslah. Karena orang tuaku pasti syok melihat aku dipukuli di depannya," pungkas Doli.