Yudha menjelaskan jika pengelola tempat wisata harus menyediakan SOP (Standar Operasional Prosedur) masing-masing. Baik itu regulasi perjalanan, alat-alat, tali-temali, sampai adanya konsultan yang mengerti tentang mitigasi risiko.
Terkait kejadian yang baru-baru ini viral, yakni tentang jembatan kaca yang pecah di Banyumas dan menewaskan salah seorang pengunjung, Yudha turut menilai jika hal tersebut salah satunya akibat dari perencanaan tempat wisata yang tidak baik.
“Pengelola seharusnya melakukan perencanaan yang jelas. Jadi perencanaan itu harus melihat segala detail-detail. Seperti bahan-bahan baku, bagaimana ketinggiannya, keadaan geografis atau wilayahnya, dan juga cuaca. Karena ini sangat mempengaruhi material, bahan baku, dan lainnya,” kata Yudha.
Pria yang juga menjabat Ketua Ikatan Alumni Kehutanan USU ini menyayangkan tragedi jembatan kaca Banyumas. Hal tersebut ia katakan sebagai isu kelas wahid yang harus diperhatikan oleh setiap pengelola wisata.
“Harus ada try out-nya juga beberapa bulan. Try out itu gak boleh satu hari atau dua hari. Paling tidak minimal 6 bulan atau 1 tahun, karena itu pergantian musim, kan. Selaku pengelola wisata kita juga harus tahu apa saja prosedur keselamatan sekaligus uji kelayakan. Misalnya kita taruh beban 150 kg atau 200 kg, kuat tidak jembatannya? Saya kebetulan pernah ke China, jadi di sana minimal mereka ada percobaan selama 1 tahun. Mereka biarkan itu dan dites secara berkala dengan beban tertentu. Banyak tempat wisata di Indonesia sekarang, kan, lebih mengedepankan keuntungan tapi tidak dibarengi kualitas keselamatan yang baik,” ucapnya.
Simulasi dikatakan Yudha wajib dilakukan secara rutin, baik itu dengan pukulan atau dentuman. Simulasi bisa dilaksanakan dengan tingkat beban yang berbeda-beda.
“Selain simulasi, perawatan juga penting. Kita kadang melihat perawatan itu seperti bukan hal yang urgensi, padahal itu harus diperhatikan agar lebih savety, bahkan menjadi sebuah keharusan atau kewajiban dalam pengelola wisata. Seperti harus dicek paling tidak 2 minggu sekali. Monitoring dan evaluasinya juga ada. Dan jika ada dinyatakan krusial, tempat wisata itu harus ditutup sementara demi keselamatan wisatawan,” lanjut Yudha.