Ilustrasi Hutan (IDN Times/Sunariyah)
Hutan lindung di Kabupaten Aceh Tenggara berdasarkan SK 580 seluas 79.267 hektare, sekarang tersisa hanya 68.218 hektare. Artinya dikatakan Salihin, pada 2022 terjadi kehilangan tutupan hutan di kawasan ini seluas 11.049 hektare, hampir dua kali lipat luasan Kota Banda Aceh.
Kemudian, terjadi kehilangan hutan sekitar 20.595 hektare pada 2022 atau hampir setara empat kali luasan Kota Banda Aceh dari awal luasan taman nasional (TN) di Kabupaten Aceh Tenggara 278.205 hektare, sekarang hanya tersisa 257.610 hektare.
“Kondisi hutan di Aceh Tenggara terus menyusut setiap tahunnya sejak 2014 lalu, ini yang kemudian menjadi pemicu mudah terjadi banjir bila hujan lebat melanda,” kata Salihin.
Bila hutan terus ditebang dan suatu wilayah dilanda curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan luapan air berlebih. Padahal pohon memiliki fungsi menyerap air untuk mencegah banjir dan terutama banjir bandang.
Sebab pohon dikatakan Salihin, sebagai air banjir, sehingga air meresap dan banjir dapat teratasi. Namun, kondisi akan berbeda kalau hutan sudah tidak ada atau gundul. Maka tidak ada lagi yang menahan air.
“Sehingga tidak mengherankan saat curah hujan tinggi terjadi banjir, khususnya di Aceh Tenggara dampak dari kehilangan tutupan hutan terus terjadi. Begitu juga di beberapa daerah lainnya, bila musim hujan tiba banjir tidak dapat dihindari, karena banyak hutan sudah gundul,” imbuhnya.