Produser Three Faces In The Land Of Sharia, Masridho Rambe, usai memenangkan Piala Citra dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2021 dalam kategori film dokumenter pendek terbaik. (Dokumentasi untuk IDN Times)
Ada tujuh anggota dewan juri yang bakal menilai film-film yang masuk dalam festival tersebut. Mereka terdiri dari para industri film, industri musik dan bidang seni dan budaya dunia.
“Nantinya pemenang bulanan secara otomatis diikutsertakan dalam kompetisi tahunan untuk mendapat kesempatan menerima piala luciole d’Or dan berkesempatan memutar film mereka di Cannes, Perancis, ibu kota bioskop dunia,” kata Masridho.
Jauh sebelum film Indonesia dianggap modern, ada beberapa karya anak bangsa diakui dunia. Misalnya seperti film ‘Tjoet Nja’ Dhien’ yang berhasil menjadi sinema Indonesia pertama yang menembus Cannes Film Festival.
Film besutan sutradara Eros Djarot ini diputar dalam La Semaine de La Critique, salah satu program paralel untuk mengeksplor talenta-talenta baru.
Beranjak dari capaian terdahulu, pemuda yang sedang menempuh pendidikan pascasarjana di Institut Kesenian Jakarta itu berharap, Three Faces In The Land Of Sharia mendapatkan tempat di Cannes World Film Festival sebagai film terbaik tahun ini.
“Perjuangan pembuatan film ini memang cukup panjang banyak rintangan yang kami lalui bersama tim produksi Davi Abdullah dan Fadly Batubara,” imbuhnya.