Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tangis Nur Lelani minta keadilan agar pelaku yang membantai keluarganya segera ditindak semuanya (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Tangis Nur Lelani minta keadilan agar pelaku yang membantai keluarganya segera ditindak semuanya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Deli Serdang, IDN Times - Masih segar di ingatan Nur Lelani (60) saat keluarganya diserang komplotan remaja bersenjata tajam pada Mei lalu. Kediamannya dibombardir dengan lemparan batu, ledakan petasan, hingga sayatan senjata tajam.

Nur Lelani dan keluarganya sampai saat ini tidak tahu mengapa komplotan remaja itu menyerang keluarga mereka. Sebab, menurut pengakuannya, ia dan keluarga sama sekali tidak terlibat konflik dengan siapapun.

1. Almarhum Sarengat sempat meminta anak laki-lakinya melindungi ibu dan adiknya

Ilustrasi penganiayaan. (IDN Times/Nathan Manaloe)

Kepada awak media Nur Lelani menceritakan pil pahit yang tak pernah bisa dilupakannya. Puluhan remaja yang ditaksir mencapai 50 orang itu menewaskan suaminya dengan cara yang sadis.

"Harap ditangkaplah para pelakunya, kami mohon semua pelakunya ditangkap. Saya gak tahu apa permasalahannya. Kalau tahu masalahnya kan saya bisa bersiap-siap, ini benar-benar gak tahu. 20 tahun saya sudah di sini," ujar perempuan berusia 60 tahun itu, Kamis (13/06/2024).

Saat pembantaian, Nur Lelani berada di dalam rumah. Waktu itu dirinya dan keluarga sedang duduk-duduk bersama.

"Tiba-tiba datanglah serangan itu. Bertubi-tubi tidak ada berhentinya. Kemudian saya peluklah anak perempuan saya yang kecil (Sabila). Begitu nampak orang banyak nyerang rumah kami bapak keluar. Dia bilang ke anak saya yang laki-laki untuk menjaga adiknya dan menjaga saya. Sampai sekarang saya trauma," terangnya.

2. Nur Lelani minta semua pelaku yang membantai keluarganya bisa ditangkap dan ditindak

Nur Lelani, istri Sarengat menunjukan foto Sandra yang pernah kena panah (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Nur Lelani menunjukkan luka bakar yang dialaminya akibat terkena percikan kembang api yang diarahkan ke rumah mereka. Tampak luka bakar yang bekasnya belum hilang di tangan sebelah kanannya.

"Kejam kali mereka. Apapun permasalahannya, ya, sebaiknya diomongkan, di sini ada kepala lorong dan lainnya. Ini semaunya aja mereka membantai kami. 'habiskan semua, matikan semua!' dibilangnya begitu. Sampai sekarang saya trauma. Kalau malam gak sanggup bayangkannya," ujar Nur Lelani berderai air mata.

Suami Nur Lelani, Sarengat, tewas dengan kaki mengalami luka yang panjang akibat dibacok, begitu pula dengan punggung sebelah kanan yang juga dibacok.

"Kenapa orang tua sampai dianiaya, bahkan dibuat seperti binatang. Saya minta tolong ditindak seadil-adilnya. Saya tak terima, dan hukumlah seberat-beratnya. Karena mereka membantai kami tak memikirkan kemanusiaan. Saya gak pernah punya masalah bahkan gak mengenali mereka. Keseharian suami saya di rumah saja, melihara lembu, kambing, gak ada bermasalah," pungkasnya.

3. Polisi baru menangkap 4 pelaku, 1 orang di antaranya anak di bawah umur

Santri Purnomo, anak kandung Sarengat yang tewas dibacok puluhan remaja di Desa Saentis (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Pihak keluarga telah membuat laporan kepada kepolisian. Polsek Medan Tembung juga telah menangkap 4 pelaku pembantaian terhadap keluarga peternak di Desa Saentis.

Dari informasi yang didapatkan, keempat orang tersebut berinisial B, A, R, dan E yang merupakan anak di bawah umur. E hari ini disebut Santri tengah menjalani sidang putusan.

"Yang ditangkap masih empat orang. Padahal pelakunya puluhan, yang lain kok belum ditangkap juga?" sesal Santri, anak kandung Sarengat yang menjadi korban pembantaian.

Santri menambahkan jika para pelaku sebagian diduga tergabung dalam suatu OKP. Otak pelaku penyerangan yang saat ini sedang diburu polisi antara lain N, B, D dan A.

"Kalau bisa pelaku ditangkap semua dan diadili, karena nyawa bapak saya yang diambilnya," pungkasnya.

Editorial Team