Dirjen Gakkum KLHK Rasio Ridho Sani memegang sisik tenggiling saat konferensi pers di Kota Medan, Selasa (26/11/2024). Sisik tenggiling ini adalah hasil pengungkapan kasus yang melibatkan seorang sipil, seorang polisi dan dua prajurit TNI di Kabupaten Asahan dengan barang bukti total 1,2 ton. (IDN Times/Prayugo Utomo))
Kasus yang menjerat personel polisi, TNI dan sipil ini menarik perhatian publik. Dalam persidangan sebelumnya, dua saksi, Muhammad Yusuf dan Rahmadani (Dani), menjelaskan bagaimana mereka bersama Aipda Alfi, anggota Polres Asahan, memindahkan 1,2 ton sisik tenggiling dari gudang barang bukti Polres Asahan ke kios milik Yusuf.
Ketiganya telah saling mengenal selama enam bulan dan merencanakan pemindahan itu melalui beberapa kali pertemuan di kafe di Kota Kisaran. Pada pertengahan Oktober 2024, mereka menjalankan aksinya menggunakan mobil Sigra dan pick up L300. Mereka dapat masuk ke area Polres tanpa pemeriksaan, bertemu Alfi di depan gudang yang tidak terkunci, lalu memindahkan sekitar 25 karung berisi sisik tenggiling ke luar kompleks Polres dengan pengawalan Alfi. Barang itu kemudian disimpan di rumah Yusuf di Kelurahan Siumbut-umbut, Kecamatan Kisaran Timur.
Ketika hakim menanyakan mengapa Yusuf tak curiga terhadap barang tersebut, ia menjawab bahwa ia tidak tahu sisik tenggiling termasuk barang ilegal. Setelah dua minggu, Alfi meminta Dani mencari pembeli dengan alasan sisik tenggiling digunakan sebagai bahan kosmetik dan bisa dijual hingga Rp600 ribu/kg. Ia menjanjikan Rp200 ribu/kg untuk mereka bertiga dan sisanya untuk “Kanit” yang bertanggung jawab atas barang bukti tersebut.
Dani kemudian menemukan pembeli bernama Alex asal Aceh melalui perantara Amir Simatupang dari Labura (yang kini sudah divonis 3 tahun penjara). Setelah melihat barang di kios Yusuf, Alex memesan 320 kilogram sisik tenggiling dengan harga Rp900 ribu/kg dan mengirim uang Rp3,5 juta untuk biaya pengemasan. Ia berjanji mentransfer Rp288 juta setelah pengiriman dilakukan melalui PT RAPI.
Pada 11 November 2024, Alfi datang memastikan barang siap dikirim. Mereka berempat — Alfi, Yusuf, Dani, dan Amir — mengantar barang ke loket bus. Namun, saat hendak meminta resi pengiriman, mereka ditangkap oleh tim gabungan penegak hukum yang dipimpin Gakkum KLHK Sumut.
Petugas menemukan 320 kilogram sisik tenggiling di loket bus dan 800 kilogram lainnya di kios Yusuf. Yusuf dan Dani dibawa oleh Pomdam I/BB, Alfi oleh Korwas Polda Sumut, dan Amir oleh Gakkum KLHK Sumut.
Dalam sidang, Aipda Alfi membantah seluruh kesaksian Yusuf dan Dani. Ia mengaku tidak pernah mengeluarkan sisik tenggiling dari gudang Polres Asahan serta menyatakan kehadirannya di loket PT RAPI hanya untuk menemui teman.