IDN Times, Pekanbaru - Provinsi Riau kini telah berstatus tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Hal itu dikarenakan meningkatnya jumlah titik panas dan api dalam sepekan terakhir di Bumi Lancang Kuning.
Status tanggap darurat Karhutla dilakukan, sebagai langkah responsif terhadap kondisi Provinsi Riau yang kian mengkhawatirkan. Terlebih mengenai asap, yang sudah mulai mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.
Status tanggap darurat ini diumumkan Gubernur Riau Abdul Wahid, dalam pertemuannya dengan Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto, dan jajaran forkopimda Riau, di Kota Pekanbaru.
"Saya sudah ditetapkan status tanggap darurat," 'ucap Gubernur Riau Abdul Wahid, Rabu (23/7/2025).
Abdul Waid mengatakan bahwa wilayah dengan titik api terbanyak berada di dua kabupaten, yakni Rokan Hilir (Rohil) dan Rokan Hulu (Rohul). Kedua daerah ini menjadi perhatian serius karena kerap mengalami Karhutla setiap tahun.
"Kita lihat dari titik api, Rohil dan Rohul yang paling banyak. Sehingga kita minta kepada seluruh pihak terkait, harus gerak lebih lagi," katanya.
Sebelumnya, sejak 27 Maret lalu, Provinsi Riau telah berada dalam status siaga darurat Karhutla hingga 30 November mendatang. Namun, peningkatan signifikan titik panas dan luasan lahan terbakar membuat Pemerintah Provinsi Riau mengambil langkah tegas.
Dengan status tanggap darurat Karhutla ini, memungkinkan penggunaan sumber daya secara maksimal, termasuk pengerahan bantuan logistik dan teknologi dari pemerintah pusat serta koordinasi lintas sektor.
"Tanggap darurat ini dilakukan sebagai upaya kita untuk memaksimalkan penanganan Karhutla. Kita perkuat monitoring dan ground checking titik hotspot," terang Abdul Wahid.