Masyarakat berebut bubur sop yang dibagikan di Pelataran Masjid Raya Al Mashun Medan pada Ramadan 2019 lalu. Bubur Sop adalah tradisi rutin yang dilakukan setiap tahun (IDN Times/Prayugo Utomo)
Di tahun sebelumnya, IDN Times sempat mendokumentasikan bagaimana riuhnya tradisi berbagi bubur sop di Masjid Raya Al Mashun. Ini tradisi menahun yang dijaga sejak 1909. Saat itu kesultanan Deli dipimpin Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syah.
Bubur Sop menjadi santapan raja-raja Melayu di masanya. Setiap Ramadan, biasanya Masjid Raya menyediakan 1.000 porsi bubur. Dibagikan setelah salat Ashar.
Pengunjung yang datang juga bukan hanya dari Kota Medan saja. Bahkan ada yang jauh-jauh datang dari kabupaten lain, hanya untuk mencicipi bubur kaya khasiat itu.
Dulu banyak yang mengira, bubur sup adalah bubur pedas. Ternyata itu salah. Karena ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Untuk bubur pedas biasanya disantap dengan anyang, yaitu sayur pakis dan toge yang diolah sedemikian rupa dengan cabai, udang kering, kelapa kukur goreng dan asam jeruk.
Sedangkan bubur sop berbahan dasar beras, daging dan sayuran. Ditambah rempah-rempah sebagai bumbu masaknya.
Ramadan kali ini, bubur sop ditiadakan pertama kalinya. Menjadi kerinduan masyarakat yang biasa menunggunya kala berbuka puasa.