Sebenarnya Joshua kecewa. Karena lembaga terkait benda antariksa di Indonesia tidak menggubris soal batu meteor itu. Padahal batu itu sempat disimpannya dalam waktu yang lama.
“Makanya itu kecewa kita. Karena kan itu kita simpan sudah lama batunya. Anak-anak juga mainin batunya. Takutnya, dicuri orang. Daripada begitu, makanya dikasih jual saja,” tukasnya.
Selama ini pun sudah banyak yang menawar batu itu. Hingga akhirnya dia menjual kepada Jared.
“Sisa 5 gram untuk kenang-kenangan. Sama saudara juga paling ada segitu,” pungkas laki-laki yang berprofesi sebagai perajin peti mati itu.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sempat memberikan komentar saat itu. Mereka berencana akan memeriksa batu tersebut. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan LAPAN di Agam, Sumatra Barat
“Saya sudah komunikasi dengan teman-teman di LAPAN Agam supaya dibawa ke laboratorium geologi untuk memastikan komposisi bendanya,” ujar Koordinator Diseminasi di Pusat Sains Antariksa LAPAN Emmanuel Sungging, kepada IDN Times, Rabu 5 Agustus 2020.
Saat ditemukan Josua, batu itu masih dalam keadaan hangat. Kondisinya masuk ke dalam tanah karena kecepatannya cukup tinggi. Emmanuel mengatakan pihaknya masih menunggu hasil dari penelitian laboratorium. Pun begitu, batu tersebut diduga benda langit yang tidak habis saat masuk ke atmosfer bumi.
“Perlu dicek, apakah itu dari bahan buatan (sisa roket/wahana antariksa) atau alamiah (asteroid),” pungkasnya.