Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Baliho menyambut Jokowi di Kecamatan Sibiru-biru, Deli Serdang (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Medan, IDN Times – Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Sumatra Utara jelang ‘turun tahta’ disebut sarat politik. Untuk diketahui, Jokowi melaksanakan sejumlah kunjungan kerja ke Sumatra Utara pada  15-16 Oktober 2024. Agendanya, mulai dari peresmian Stadion Utama Sumut hingga bendungan Lau Simeme di Kabupaten Deliserdang.

Sejumlah pihak menilai, kunker ini sarat dengan cawe-cawe politik terkait Pilgub Sumatra Utara. Menantu Jokowi, Muhammad Bobby Afif Nasution saat ini tengah bertarung dengan calon petahana Edy Rahmayadi.

1. Kunjungan Jokowi memantik asumsi liar publik soal cawe-cawe

Baliho ucapan terima kasih Pak Jokowi bertebaran di Kota Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Ketua Combatan Sumut Bersih Abyadi Siregar mengatakan, kunjungan Jokowi dalam situasi politik Pilgub Sumut 2024 justru menimbulkan asumsi liar di tengah publik.

“Masyarakat selama ini merasa was-was dengan adanya tangan terlihat, ada kekuatan-kekuatan tertentu dalam proses yang ada, itu menjadi khawatir atas kehadiran Jokowi. Sehingga membuat orang sangat yakin bahwa Jokowi akan melakukan ‘cawe- cawe’ untuk menantunya,” kata Abyadi kepada awak media di Kota Medan, Selasa (15/10/2024).

2. Wajar jika ada penolakan kunjungan terhadap Jokowi

Presiden Joko "Jokowi" Widodo ketika berada di Aceh pada 15 Oktober 2024. (Dokumentasi Sekretariat Kabinet)

Soal cawe-cawe ini, ditegaskan Abyadi, menimbulkan kekhawatiran akan pemilu yang jujur, bersih dan adil.

“Makanya kita tidak heran ada elemen-elemen masyarakat yang menolak kunjungan Jokowi ke Sumut jelang pilgub, saya kira kita memaklumi bagaimana keresahan masyarakat ini atas kunjungan Jokowi kali ini,” ujarnya.

Karena dalam situasi sekarang, imbuh Abyadi, terlebih waktu kian dekat bagi masyarakat memilih pemimpinnya di Sumut untuk lima tahun mendatang. “Sumut akan akan laksanakan Pilgub Sumut yang salah satu kandidatnya adalah menantu, jadi sehingga sangat mungkin saja misalnya Jokowi akan ‘cawe cawe’,” ucapnya.

3. Memperkuat dugaan ketidaknetralan aparat pemerintah hingga militer

Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo Subianto tampil kompak di Apel Pengamanan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden di Markas Komando Korps Brigade Mobil (Mako Brimob), Kelapa Dua, Depok, Senin (14/10). (dok. Tim Komunikasi Prabowo)

Menurut Abyadi, meskipun masa jabatan Jokowi akan berakhir pada 20 Oktober 2024, namun masih ada keyakinan yang tinggi di masyarakat bahwa instrumen negara mulai dari penyelenggara Pemilu, KPU, Bawaslu, penjabat kepala daerah, TNI/Polri, kejaksaan, masih bisa dipengaruhi oleh Jokowi.

“Sekarang ini kan orang akan mengkhawatirkan Pilgubsu ini tidak berbeda dengan Pilpres kemarin, ini sekarang dikhawatirkan, jadi instrumen negara tidak netral. Jadi sangat wajar saja masyarakat mengkwatirkan kedatangan Jokowi kemari akan mewarnai proses politik yang akan datang,” ujarnya.

“Jadi sangat wajar bila Sumut ini jadi perhatian, kemudian juga saya kira, Jokowi akan berupaya mempertahankan kekuasaannya, walaupun secara langsung bukan dia yang berkuasa. Tentu dengan dinastinya, dia akan berusaha mempertahankan menantunya ini untuk terpilih jadi gubernur, sehingga powernya masih terasa,” pungkasnya.

Editorial Team