Jika Rempang Eco City Dibangun, Gimana Nasib Petani di 16 Kampung Tua?

Medan, IDN Times - Para petani di Pulau Rempang saat ini pesimistis karena tidak ada kepastian tentang kelangsungan usaha para petani dan pelaku usaha pertanian. Hal ini dikatakan mereka pada saat Hari Tani Nasional Ke-63 yang jatuh pada Minggu (24/9/2023) diperingati oleh Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Batam di Pulau Rempang.
Sebab, saat ini pemerintah telah menetapkan kawasan Rempang dan sekitarnya sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN). PSN yang dimaksud adalah dengan adanya rencana pembangunan kawasan tersebut dengan konsep Eco City yang akan dikembangkan oleh PT. Makmur Elok Graha.
Adanya pembangunan Eco City tersebut, pemerintah berencana merelokasi warga-warga di 16 kampung tua. Selain itu, pembangunan Eco City juga berdampak langsung kepada para pelaku usaha pertanian di kawasan Rempang, yang telah bertahun-tahun melangsungkan kegiatan usahanya di kawasan tersebut.
Selain dihadiri Ketua HKTI Batam Gunawan Satary dan sejumlah pengurus HKTI Batam lainnya, tampak hadir puluhan petani, pelaku usaha perkebunan, peternakan dan perikanan. Tampak hadir juga Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Bulang yang juga Kordinator HKTI Batam Crisis Center, Martahan Siahaan.
1. Para petani sampaikan keluh kesahnya tentang perkembangan yang terjadi di Rempang
Diketahui, Martahan belum lama ini bersama tujuh orang warga Rempang sempat ditahan oleh pihak kepolisian pada saat demo warga di Rempang, yang berujung terjadinya bentrokan antara warga dan aparat keamanan.
Selain diisi acara seremonial, kegiatan ini dilanjutkan dengan sesi diskusi dan ajang para petani menyampaikan keluh kesahnya tentang perkembangan yang terjadi di Rempang.
Dalam keluh kesahnya, para pelaku usaha pertanian umumnya berharap HKTI bisa menjembatani permintaan dan harapan mereka kepada pemerintah. Intinya, harapan mereka bagaimana bisa bertani dan melanjutkan usaha pertaniannya walaupun mesti direlokasi ke tempat lain.
“Ya, kemana lagi kita mengadu dan memohon bantuan kalau bukan ke HKTI,” ujar Sri, salah seorang petani sayuran di Cate.