Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251127-WA0057.jpg
TNI Angkatan Darat (AD) bantu penanganan banjir, tanah longsor, dan putusnya jembatan yang melanda wilayah Tapanuli Tengah, Sibolga, hingga Mandailing Natal, Sumatera Utara (dok. Dinas Penerangan TNI AD)

Intinya sih...

  • Banjir dan longsor di Sumatera dan Aceh berdampak hilangnya rumah hingga keluarga

  • Anak rantau khawatir akan keluarga yang terkena banjir, seperti Zai yang merantau ke Medan

  • Kondisi di kampung halaman Sorkam parah, bantuan dari Pemerintah Desa hanya 1 kg beras dan 3 bungkus mie instant untuk 1 KK

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Banjir dan longsor di sejumlah titik wilayah Sumatra dan Aceh beberapa hari terakhir berdampak besar. Sudah ratusan korban jiwa dan hilang hingga saat ini. Keluarga juga kehilangan rumah dan harta benda.

Para perantau yang saat ini berada di Kota Medan, Sumatra Utara khawatir akan keluarga mereka, karena sempat hilang kontak atau tidak dapat dihubungi sejak 25 November 2025. Seperti yang dikisahkan Junaidi Zai, salah satu perantau di Medan menjelaskan bahwa dirinya sempat cemas dan khawatir dengan keluarganya yang jadi korban banjir di Tapanuli Tengah.

1. Banjir di wilayah Sorkam sudah kedua kalinya dan ini paling parah

TNI Angkatan Darat (AD) bantu penanganan banjir, tanah longsor, dan putusnya jembatan yang melanda wilayah Tapanuli Tengah, Sibolga, hingga Mandailing Natal, Sumatera Utara (dok. Dinas Penerangan TNI AD)

Zai mengaku sempat cemas dengan kondisi maupun keadaan keluarganya di kampung halaman, terkhusus pada kedua orangtuanya. Dia sempat kehilangan kontak karena matinya jaringan listrik hingga internet.

"Aku sempat panik. Tapi, Alhamdulillah, keluarga aman. Meskipun sempat hilang kontak selama 5 hari," kata Zainuddin kepada IDN Times, Kamis (4/12/2025).

Warga Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah memilih merantau ke Medan dengan profesinya sebagai seorang jurnalis muda di salah satu media online Kota Medan. Menurutnya, khusus wilayah Sorkam selama riwayat hidupnya banjir ini yang paling parah.

"Banjir ini yang kedua kali, kemaren tanggul pecah. Namun, yang pertama itu dampaknya tidak seperti ini. Kemaren itu masih skala Kecamatan saja, dan ini paling parah. Bahkan kedataran tinggi saja airnya sudah sampai," ucap anak kedua dari 3 bersaudara ini.

2. Sebelum banjir bandang Zai sempat video call dengan orangtuanya

ilustrasi banjir (IDN Times/Nathan Manaloe)

Zai juga menjelaskan bahwa, dikampung hanya tinggal kedua orangtuanya, dan dua saudaranya berada di Batam. Saat telponan dengan orangtua, Zai mengatakan rumah mereka tidak tersapu banjir bandang. Namun, ada kerusakan di bagian depan.

"Saat telponan itu sama bos (oranguta) air sudah naik selutut mereka. Nah, itu gak sampai 5 menit video call udah mati tiba-tiba mulai dari situ terakhir telponan, terus gak bisa dihubungi lagi mereka selama 5 hari. Etalase atau steling tempat jualan mamak terbawa arus air banjir dan beberapa kebutuhan jualan itu hanyut," tutu Zai.

Dalam ceritanya juga mengatakan salah satu penghubung jalan yang rusak adalah jembatan Aek Sibundong, disebabkan beberapa bagian jalan yang longsor. Masyarakat berinisiatif untuk bergotongroyong dengan alat seadanya membuat jembatan sementara.

3. Zai sebut bantuan hingga kini hanya beras 1 kg dan 3 bungkus mie instant sejak pertama kali banjir melanda

Listrik di Sibolga mulai menyala pascabanjir dan longsor di wilayah tersebut (dok.PLN)

Saat ini bantuan yang didapat oleh keluarganya dikampung sejak banjir melanda, hanya beras 1 kg dan 3 bungkus mi instant untuk 1 KK. Bantuan ini didapat dari Pemerintah Desa. "Mereka hanya bertahan dengan makanan itu, hari pertama sampai sekarang, kalau air udahlah gak tahu lagi aku gimana mereka minum itu," ucapnya.

Bahkan, dikatakannya, ada juga warga yang belum mendapatkan bantuan sama sekali. "Jadi, bertahan hidupnya kebetulan ada ASN guru yang dapat bantuan dari sekolah sebagai yang terdampak. Jadi, bantuan dari sekolah ini dimanfaatkan mamak masak. Ada bantuan dari sekolah beberapa kilo beras itulah mamak yang masak. Jadi 2 Kepala Keluarga lah sekarang yang makan bantuan dari sekolah itu," ungkapnya.

Sementara untuk warga lainnya belum ada sama sekali di 2 Kecamatan, salah satunya Sorkam. Kecemasan dan kekhawatiran dirinya terhadap orangtua yang terkena banjir dikampung halaman, maka Zai memutuskan untuk pulang kekampung halaman pada hari ini 4 Desember 2025.

Dia berharap Pemerintah bisa cepat dan sigap untuk memberikan bantuan serta memperbaiki jalan yang terputus, dan keadaan di Tapanuli Tengah segera kembali normal.

Editorial Team