Jembatan bailey di Kutablang yang berada di jalur nasional Medan dan Banda Aceh, Kabupaten Bireuen sudah bisa dilewati kendaraan roda empat. (Dokumentasi TNI AD)
Sebelumnya dilaporkan 29 jembatan di berbagai kabupaten/kota di Aceh dilaporkan mengalami kerusakan berat akibat banjir bandang dan longsor yang dipicu derasnya arus sungai di sejumlah wilayah terdampak pada 26 November 2025.
Di Aceh Tenggara, kerusakan paling parah menyebabkan beberapa jembatan putus total, di antaranya Jembatan Silayakh, Jembatan Natam, Jembatan Salim Pipit, serta Jembatan Mbarung. Kondisi ini mengakibatkan akses antarwilayah terputus dan aktivitas masyarakat terganggu.
Sementara itu, di Gayo Lues, banjir merusak Jembatan Pasir Putih dan Jembatan Pintu Rime yang kini tidak dapat difungsikan. Kerusakan juga meluas ke wilayah Aceh Singkil, khususnya di kawasan pesisir dan barat selatan. Jembatan Suak Toben (Bailey STA 29+200) dilaporkan putus sepanjang 22 meter, disusul Jembatan Suak Sigide Tepin Tinggi yang patah sekitar 7 meter. Selain itu, oprit Jembatan Gosong Telaga 1 dan 2 turut mengalami kerusakan serius.
Di Kabupaten Bireuen, banjir menghanyutkan jembatan rangka baja di Teupin Reudep, Kecamatan Peusangan Selatan. Kerusakan serupa terjadi pada jembatan rangka baja di Desa Ule yang berada di ruas jalan kabupaten. Selain itu, jembatan di wilayah Salah Sirong dan Teupin Mane, Kecamatan Juli, juga terdampak. Pada Jembatan Teupin Mane di ruas Jalan Nasional Bireuen–Takengon, oprit sisi timur terputus sehingga jalur strategis tersebut lumpuh.
Gangguan konektivitas semakin parah setelah dua jembatan nasional di jalur Banda Aceh–Medan, yakni Jembatan Kutablang dan Jembatan Teupin Mane, mengalami kerusakan berat. Bahkan, jembatan alternatif di jalur yang sama turut putus, memperpanjang hambatan distribusi dan mobilitas.
Di Aceh Tengah, jembatan pada ruas nasional Bireuen–Takengon mengalami kemiringan oprit akibat gerusan banjir, menyulitkan akses menuju wilayah dataran tinggi Gayo.