foto Iman Abadi semasa hidupnya (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Iman Abadi meninggal dunia dengan pembekuan darah di kepalanya dan patah tulang bahu. Luka ini didapatkannya ketika 3 orang pria nekat melempar kayu broti saat Iman melintas. Membuatnya terjatuh hingga terseret beberapa meter jauhnya.
Kini setelah kepergian suaminya, Sriana mendapat aral gendala cukup serius. Hidupnya yang serba pas-pasan harus diusik dengan biaya rumah sakit yang tidak sedikit.
"Biaya RS saya tanggung pribadi, mulanya sebesar Rp38 juta, dipotong jadi Rp20 juta. Saya belum bisa bayar karena tak ada uang. Nanti tanggal 14 Agustus 2025 saya mediasi untuk ke 3 kalinya. Saya baru bisa bayar Rp3 juta. Jadi nanti harus tetap bawa uang Rp17 juta. Kalau tidak bawa uangnya, saya disuruh bawa surat berharga seperti surat tanah dan lainnya," ujar Sriana.
Sejauh ini sudah ada beberapa pihak yang memberinya bantuan. Namun, Sriana tetap harus berusaha banting tulang untuk melunasi tanggungan rumah sakit.
"Saya bingung sekarang bagaimana untuk bertahan hidup. Saya gak tahu bagaimana lagi, masalah ini juga belum selesai, kan. Saya harus bolak-balik ke RS, kantor polisi, saya belum bisa fokus untuj mencari uang untuk biaya anak. Saya belum mampu. Mau mencoba buka usaha lagi juga pasti butuh dana, sementara saya masih berpikir dana untuk pelunasan biaya rumah sakit," akunya.