Peserta kegiatan INJI Warrior Camp (Dok. IDN Times)
Untuk menambah kapasitas intelektual para peserta, STFJ menghadirkan sejumlah pemateri yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Mulai dari soal jurnalistik dasar, konservasi hingga materi yang fokus pada satwa langka dilindungi, seperti orangutan, gajah hingga harimau Sumatra.
Mengawali pelatihan, materi diisi oleh Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi Direktorat Jenderal KSDAE Kementerian KLHK Jefry Susyafrianto. Jefry yang sebelumnya menjabat sebagai Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) itu, banyak menjelaskan soal regulasi pada konservasi lingkungan. Jefry juga mengapresiasi upaya STFJ untuk mengkader para calon jurnalis.
Saat ini, kata Jefry, Indonesia memiliki 22,7 Juta Hektare lahan teresterial dan 20,8 juta Ha perairan yang ditetapkan sebagai wilayah konservasi. Statusnya, mulai dari, Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Tawan Wisata Alam, Taman Hutan Raya, Taman Buru, Kawasan Konservasi Laut Daerah dan Kawasan Ekosistem Esensial. Kawasan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Dari sisi spesies, jumlahnya cukup banyak dan mungkin masih banyak yang belum ter-eksplore,” ungkap Jefry.
Jefry juga banyak bercerita soal bagaimana upaya konservasi yang dilakukannya selama dia menjabat sebagai Kepala BBTNGL. Jefry tidak menafikkan, bagaimana pentingnya peran masyarakat dalam upaya konservasi.
Konservasi, kata Jefry, bisa berdampak pada perekonomian masyarakat. Misalnya, konsep ekowisata yang tetap mempertahankan kondisi alam tetap baik, namun bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Wisata alam ini tengah populer dan kian menjadi tren. Asal dikelola dengan baik, tentunya bisa berdampak baik kepada masyarakat,” ungkapnya.
Sebelumnya, para peserta pelatihan sudah mengikuti seleksi dari STFJ. Peserta yang terpilih adalah hasil seleksi ketat para panitia. Para peserta mengikuti seleksi dengan mengirimkan karya artikel, foto dan video yang berkaitan dengan konservasi.