Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20250910-142854.jpg
Gajah Sumatra bernama Tari ditemukan telah mati TNTN, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau (IDN Times/ dok Balai TNTN)

Intinya sih...

  • EEHv hanya butuh 4 jam untuk membunuh gajah

  • EEHv adalah virus herpes, banyak ditemukan di gajah Asia maupun Afrika

  • 7 gajah di TNTN mendapat perhatian khusus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

IDN Times, Pekanbaru - Penyebab kematian mendadak seekor anak Gajah Sumatra bernama Tari di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, beberapa waktu lalu, akhirnya terungkap. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium di Bogor, Provinsi Jawa Barat (Jabar), menunjukkan bahwa organ hati gajah berumur 2 tahun itu, diserang virus mematikan, yakni Elephant Endotheliotropic Herpesviruses (EEHv).

Virus ini dikenal sangat mematikan, terutama bagi gajah yang usianya masih kategori anak dan remaja.

"Hasilnya menunjukkan bahwa gajah Tari terjangkit virus EEHv. Virus ini memang sangat mematikan bagi gajah yang masuk dalam kategori anak dan remaja," ucap Kepala Balai TNTN Heru Sumantoro, Selasa (16/9/2025). 

Diketahui, gajah Tari ditemukan sudah tak bernyawa oleh mahoutnya di camp Elephants Flying Squad SPTN Wilayah I Lubung Kembang Bunga, Balai TNTN, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, pada Rabu (10/9/2025) pagi. 

Dalam pemberitaan sebelumnya, Tari menjadi gajah ke 24 yang mati dalam 10 tahun terakhir ini di Provinsi Riau.

1. EEHv hanya butuh 4 jam untuk membunuh gajah

Tim dokter hewan saat melakukan pemeriksaan awal terhadap fisik gajah Tari (IDN Times/ IG btn_tessonilo)

Heru menerangkan, virus EEHv bisa berkembang dengan cepat ditubuh gajah dan mengakibatkan kematian. Dimana, virus mematikan ini, butuh waktu 4 jam untuk membunuh gajah yang masih anak-anak maupun remaja.

"Pengalaman kami di Aceh, virus ini dari mulai timbul gejala sampai gajah mati itu, hanya butuh waktu 4 jam," terang Heru.

Heru mengatakan, terkait dengan kematian tersebut, pihaknya sudah berupaya maksimal saat melihat kondisi gajah Tari sehari sebelum ditemukan tak bernyawa.

"Sebelumnya kami sudah berupaya maksimal, tetapi gajah tersebut tidak bisa bertahan," kata Heru.

2. EEHv adalah virus herpes, banyak ditemukan di gajah Asia maupun Afrika 

Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

EEHv adalah virus herpes. Pada umumnya, virus ini banyak ditemukan di tubuh gajah Asia dan Afrika. Virus ini menyebabkan penyakit hemoragik yang parah dan seringkali berujung fatal, yakni kematian. 

Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan EEHv adalah kecepatan serangan virus yang luar biasa. Gajah yang terinfeksi bisa menunjukkan gejala ringan seperti lesu atau hilangnya nafsu makan. Atas hal tersebut, kondisi gajah bisa memburuk drastis dalam hitungan jam.

Heru menjelaskan, hingga saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penularan virus ini di tubuh gajah.

"Yang jelas, sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif yang bisa menghambat virus itu," jelasnya.

Menghadapi ancaman EEHv, Heru melanjutkan, Balai TNTN melakukan berbagai upaya pencegahan, terutama untuk gajah-gajah yang berada di bawah pengawasan mereka.

"Upaya yang kita lakukan di sini, pertama adalah sanitasi. Lingkungan gajah harus dipastikan bersih. Kemudian kami juga memerintahkan dokter hewan untuk langsung melakukan uji lab sampel seperti air liur dan darah jika ada gajah yang menunjukkan gejala sakit," lanjutnya.

Namun, Heru mengakui adanya tantangan besar dalam upaya pencegahan ini. Hal ini dikarenakan penanganan gajah di Balai TNTN dengan yang di kebun binatang, sangat berbeda.

“Gajah kita kan semi liar ya, jadi memang hidupnya di hutan. Itu yang agak susah kita mengkondisikan seperti di kebun binatang," tutur Heru.

Heru menambahkan bahwa kunci utama dalam menghadapi serangan virus ini adalah daya tahan tubuh gajah.

"Kalau memang ada virus itu, tapi memang tergantung daya tahan tubuh. Kalau daya tahan tubuh gajah kuat bisa menghadapi serangan virus itu. Cuma kalau lemah, bisa masuk," sebutnya. 

Oleh karena itu, Balai TNTN kini memberikan suplemen tambahan seperti vitamin dan mineral untuk meningkatkan imunitas gajah-gajah yang ada.

3. 7 gajah di TNTN mendapat perhatian khusus

ilustrasi gajah (pexels.com/magda)

Heru menambahkan, saat ini di flying squad TNTN, terdapat 7 gajah yang mendapat perhatian khusus oleh pihaknya. 

Selain gajah Domang yang masih anak-anak, ada juga gajah-gajah remaja seperti Imbo, Tesso dan Harmoni, yang usianya masih di bawah sepuluh tahun, yang rentan terhadap virus EEHv. 

"Makanya kita upayakan semaksimal mungkin," tambah Heru.

Editorial Team