Ilustrasi wisuda. (IDN Times/Mardya Shakti)
Indah Pratiwi yang merupakan salah satu orangtua siswa SD menyatakan dirinya tidak mendukung ada kegiatan wisuda.
"Saya sih tidak mendukung ya, karena menurut saya pribadi wisuda itu harusnya dilakukan setelah lulus kuliah. Kalau lulus kuliah gak masalah, tapi kalau lulus TK, SD, SMP menurut saya gak cocok dan gak perlu," katanya pada IDN Times.
Ibu yang bekerja sebagai karyawan swasta ini menyatakan bahwa, kegiatan wisuda ini tidak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan.
"Untuk nilai esensialnya sih sebenernya tidak sesuai ya dengan nilai-nilai pendidikan. Namun, balik lagi, kalau untuk tingkat kuliah masih okelah adanya wisuda. Karena kan, wisuda kuliah itu sebagai bentuk puncak perjuangan akademik si wisudawan selama kuliah, dan akan memasuki dunia yang sebenernya, yakni dunia kerja. Langkah awal lah menuju masa depan profesionalnya. Jadi, masih wajarlah adanya wisuda agar menjadikan kelulusannya sebagai trigger untuk makin semangat menggapai impian," jelasnya.
Indah menyebutkan kisaran biaya yang dikeluarkan dan kelayakan pada biaya tersebut saat lulusan anaknya.
"Kemarin waktu lulusan TK anak saya dibebankan Rp600 ribu per anak. Ikut tak ikut wajib bayar. Sebenarnya saya keberatan tapi karena malas ribut ya saya bayar juga," kata Indah sembari berharap wisuda untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMA ditiadakan.
"Mending perpisahan sekolah saja, dengan catatan dibalut dengan acara-acara yang bermanfaat misalnya, malam keakraban diisi dengan penampilan seni atau budaya atau kegiatan kreatif lainnya. Tidak hanya sekadar seremonial atau hiburan aja," tambahnya.
Menurutnya sebagai orangtua murid, merasa ada tekanan sosial untuk mengikuti acara tersebut.
"Cukup keberatan memang, tapi karena malas ribut-ribut, ya mau ga mau saya bayarkan juga. Meskipun dalam hati ga ikhlas ya," tutupnya.