Medan, IDN Times – Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2019 pada 17 April lalu meninggalkan beberapa catatan penting. Pemilu kali ini dianggap yang terberat dalam sejarah demokrasi di Indonesia dalam menentukan pemimpin.
Dinamika sepanjang proses Pemilu juga memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Apalagi pada Pilpres yang hanya mempertandingkan dua Calon yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Masyarakat pun seakan terbelah menjadi dua kubu.
Fanatisme terhadap dukungan salah satu calon juga terkadang membutakan publik. Bahkan, hingga usai pencoblosan, tensinya masih terasa.
Pengamat Politik asal Universitas Sumatera Utara (USU) Dadang Darmawan Pasaribu memberikan sejumlah catatan penting terhadap perhelatan akbar yang juga banyak memakan korban jiwa itu.
“Secara umum masyarakat menuduh kubu 01 telah mengggunakan aparatur pemerintahan untuk mempengaruhi pemilih sehingga aparat menjadi tidak netral. Sebaliknya, masyarakat juga menuduh kubu 02 telah memanfaatkan berita bohong untuk mempengaruhi pemilih sehingga masyarakat termakan isu yang tidak benar,” kata Dadang membuka obrolan, Rabu (24/3).