Ilustrasi inflasi (Foto: IDN Times)
Dari sisi pasokan, wilayah Sumut yang juga menjadi penyuplai bagi provinsi sekitar seperti wilayah Riau dan Aceh, menambah tekanan terhadap ketersediaan komoditi pangan.
Kondisi infrastruktur yang belum optimal turut memperburuk situasi, dimana jalan baru mencapai 72,76 persen sehingga biaya transportasi dan waktu distribusi meningkat. Selain itu, tingginya margin perdagangan dan pengangkutan (MPP) beras sebesar 24,35 persen dengan rantai pasok empat tahap menunjukkan efisiensi distribusi yang rendah. Kombinasi faktor-faktor tersebut menyebabkan inflasi Sumut melonjak signifikan.
Meski demikian, langkah cepat Pemerintah Provinsi Sumut bersama TPID patut diapresiasi. Pemerintah segera melaksanakan 11 langkah penanganan inflasi melalui pasar murah, pembagian bahan pangan gratis, bundling beras SPHP, dan sidak pasar berdasarkan prinsip 4T (tepat lokasi, komoditi, sasaran, dan waktu).
"Kepemimpinan Gubernur Sumut juga menunjukkan empati terhadap kondisi masyarakat dan komitmen menjaga daya beli. Sinergi lintas sektor diperkuat melalui pelibatan BUMD seperti PD AIJ, PT Dhirga Surya, dan PT PPSU untuk mengelola stok pangan, sementara strategi jangka panjang difokuskan pada pembangunan ekosistem pangan berkelanjutan bersama kelompok tani dan pemerintah kabupaten/kota. Koordinasi dengan BI, BPS, Bulog, dan Satgas Pangan menunjukkan tata kelola yang transparan dan akuntabel," jelas ekonom asal Sumut ini.