Mahasiswa PMM UMM bersama siswa siswi kelas 5 SDN Kebonsari 02 Malang (Dok. IDN Times)
Sebelum Kurikulum Merdeka, cara menyampaikan materi dan mengukur kompetensi murid disamaratakan, tanpa memandang tingkat kemampuan maupun potensi murid tersebut. Menurut Herta, hal itu menyebabkan tantangan dalam memenuhi kebutuhan anak-anak yang berbeda, banyak potensi yang terabaikan dan ujungnya murid yang dikorbankan.
Namun, sejak diterapkannya Kurikulum Merdeka di sekolahnya, dibantu dengan adanya PMM terutama dalam hal pembelajaran terdiferensiasi, paradigma tentang potensi anak berubah menjadi lebih inklusif, semua berhak mendapatkan kesempatan belajar yang sama dan penanganan yang sesuai dengan kebutuhannya.
“Dulu, ada murid yang pandai menulis, pandai meniru, tetapi sulit mengutarakan atau berbicara. Karena itu, ia tidak bisa naik kelas, saya sangat menyayangkan, coba saja dulu sudah ada Pembelajaran Terdiferensiasi, ia pasti bisa lolos. Padahal, seharusnya masa depannya bukan guru yang menentukan. Tuhan yang menetukan masa depannya, guru hanya menuntun. Setelah itu saya merasa syukur ada PMM,” ujar Herta.
Baginya, jika ada anak yang kemampuannya kurang saat ini, ia menganggapnya sebagai tantangan. Ia pun mendorong guru-guru untuk terus mempelajari materi-materi yang ada di PMM agar dapat menemukan cara pembelajaran terbaik bagi murid-muridnya.
“Saya bilang ke guru-guru saya, jangan mengeluh dulu, cari, pelajari di PMM. Semuanya ada di PMM,” tambahnya.
Setelah merasakan manfaat di PMM, ia terus mendorong guru-guru di sekolahnya, bahkan kepala-kepala sekolah lainnya untuk ikut menggunakan PMM. Menurutnya, peran kepala sekolah sangat penting untuk menggerakkan guru-guru agar terus belajar dan berkembang.
“Kalau kepala sekolah seusia saya, kadang mungkin agak sulit mengikuti teknologi, tetapi minimal kepala sekolah itu mengenal PMM, mencoba membuka dulu apa yang ada di PMM, jadi nanti tidak ada lagi istilahnya rasa sesal dari guru-guru kita yang muda kepada kepala sekolah, bahwa kepala sekolah kurang tanggap memberikan informasi kepada guru sehingga mereka ketinggalan. Mari, Bapak Ibu guru, kita tidak boleh berhenti belajar, karena guru itu berharap murid harus lebih pintar dari kita, tapi untuk itu harus kita arahkan, nah sumber dan materinya ada di PMM,” tutup Herta.