Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250923_104740.jpg
Rumah Sakit Pirngadi Medan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Intinya sih...

  • Remaja 13 tahun dipaksa seks oral oleh OTK, insiden terjadi saat ia dan temannya hendak pergi Maulid

  • Korban melapor ke ibunya dengan wajah pucat dan tak jadi pergi Maulid

  • Insiden pelecehan di malam Maulid buat warga geger, mereka rapat dan melapor ke pihak berwenang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Deli Serdang, IDN Times - Wajah remaja 13 tahun berinisial AQ pucat pasi mendatangi ibunya, Ama (bukan nama asli). Tubuhnya gemetar hebat berbalut pakaian rapi karena sebelumnya ia hendak pergi Maulid Nabi di musala yang berada di Kecamatan Percut Seituan.

AQ curhat kepada ibunya atas peristiwa tidak menyenangkan yang baru saja ia alami. Saat hendak pergi Maulid Nabi dan menunggu temannya, AQ dilecehkan oleh orang yang tak dikenalnya. Suasana gelap di dekat kuburan begitu mencekam terlebih saat ia dipaksa melakukan oral seks kepada pria yang ditaksir berusia 30 tahunan itu.

1. Remaja 13 tahun dipaksa seks oral oleh OTK, insiden terjadi saat ia dan temannya hendak pergi Maulid

Ilustrasi pelecehan pada anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Pagi-pagi sekali Ama sudah datang ke RS Pirngadi Medan untuk melakukan visum. Ia membawa anaknya berinisial AQ yang saat itu hanya menunduk lesu. Kepada IDN Times Ama tak sungkan menceritakan kasus pelecehan seksual yang baru dialami anaknya.

"Kejadiannya malam Minggu kemarin 20 September 2025, ada acara Maulid Nabi di musala tak jauh dari rumah kami. Anak saya dan temannya nongkrong di gubuk yang sepi menunggu teman yang lain untuk pergi Maulid bareng," cerita Ama.

Tak berapa lama, ada 2 orang dewasa tak mereka kenal datang menghampiri. Saat itu AQ dan temannya merasa terintimidasi. Baru saja AQ ingin ikut temannya kabur, namun tangannya sudah dicekal duluan oleh pelaku.

"Lalu dibawanya anak saya ke gubuk kosong. Di sana dia disuruh memegang kemaluan pelaku. Kata anak saya, saat itu dia diancam senjata tajam. Daripada dia mati karena nyawanya terancam, terpaksa anak saya ini melakukannya. Kelamin pelaku dipegang, anak saya terus dicium berkali-kali. Kemudian pelaku menyuruh kelaminnya diemut (oral seks). Anak saya belum sempat disodomi. Karena teman anak saya yang lari tadi memanggil kawan-kawannya lain di musala. Baru mereka ini jemput anak saya ramai-ramai. Saat itu juga waktu tangan anak saya terlepas, dia lari," lanjut Ama.

2. Korban melapor ke ibunya dengan wajah pucat dan tak jadi pergi Maulid

Rumah Sakit Pirngadi Medan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Malam itu juga, AQ tak jadi pergi ke acara Maulid Nabi. Ia kembali ke rumah megadu kepada ibunya, Ama. Tangannya gemetar dan mulutnya terbata menceritakan apa yang baru saja ia alami.

"Pulang ke rumah muka anak saya pucat tak berdaya. Dia cerita parang di sini dia (leher). Terpaksalah anak saya melakukannya. Saya saat itu juga mencoba mengejar pelaku yang dimaksud dengan rekan-rekan saya. Ternyata gak dapat. Teman-temannya bilang dia sudah lari. Pelaku ini sudah dewasa, masyarakat sana sebagian kenal," rinci Ama.

Perkara ini sudah dilaporkan ke Polrestabes Medan. Ama kini sudah membawa anaknya ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk melakukan autopsi.

"Saya orang gak mampu, baru pindah juga sebulan di situ. Makanya begitu anak saya dilecehkan saya tak terima. Makanya warga ini semua pada mendukung saya lapor polisi. Tolong bantu saya supaya pelaku cepat terungkap. Kata polisi suruh visum. Saya terus terang, biaya visum saya gak ada, biaya makan saja kurang. Semoga masalah terungkap. Biar anak-anak lain tak menjadi korban juga," tutur Ama dengan air mata yang sudah berdesakkan ingin menetes.

3. Insiden pelecehan di malam Maulid buat warga geger, mereka rapat dan melapor ke pihak berwenang

Rumah Sakit Pirngadi Medan (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Warga Percut Seituan bernama Alfonsus Purba membenarkan insiden itu. Warga sempat geger karena peristiwa terjadi saat anak-anak hendak pergi Maulid.

"Sempat dapat kami lah si pelaku. Karena mungkin si anak down, jadi waktu itu saat pelaku ditangkap, kami tanya apakah ini pelakunya? Si anak bilang tidak. Sehingga dilepas warga," kata Alfonsus.

Tak menyerah, Alfonsus dan warga yang lain mencoba beribicara pelan dari hati ke hati. Pada akhirnya AQ mengaku bahwa pria yang sempat ditangkap warga memang benar pelaku yang melecehkannya.

"Sehingga kami warga di grup Santun Bersatu, memutuskan bermusyawarah. Kami adakan pertemuan di Musala itu pada Minggu 21 September pukul 8 malam. Kami masyarakat kumpul. Malam itu juga kami menemukan benda dari besi putih melengkung runcing, itu sajam. Dengan dasar itu kami undang Babinkamtibmas dengan Babinsa Sampali, Percut Seituan," lanjutnya.

Hasil pertemuan warga, mereka ingin mencoba memediasi antara korban dan pelaku di kantor Desa. Namun setelah menunggu lama, pelaku tidak hadir juga. Membuat keluarga korban mantap melaporkan kasus ini ke Polrestabes Medan.

"Dari hasil itu, kami dapat surat keterangan agar korban divisum ke RS Pirngadi Medan. Itulah yang ingin kami kerjakan sekarang agar syarat pengaduan dapat terpenuhi," pungkasnya.

Editorial Team