ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Sementara itu, Ketua DPRD Sumut Komisi A, Hendro Susanto angkat bicara terkait keganjalan yang dinilai oleh peserta yang tak lulus fit and proper test.
"Gak ada masalah, namanya orang puas gak puas segala macam itu kan kita harus saling menghormati dan sudah berjalan. Kalau bicara tolak ukur parameter itu (ada di) timsel (tim seleksi), kan kita DPRD ini lembaga politis harus dipahami," ujarnya.
Hendro mengatakan, DPR hanya sebuah lembaga politis, sehingga untuk kuota penetapan 7 nama yang terpilih ada pada Timsel.
"Di mana-mana yang dikasih timsel itu pasti yang terbaik, yang berkompetensi. Kita gak dalam rangka segala macam. Walaupun ada kalau misalnya yang gak bawa (membawa) makalah dan segala macam ya semua berproseslah," ujarnya.
Menurutnya, hal tersebut telah dijalankan dengan komitmen yang sesuai. Sehingga pihaknya merasa telah berjalan dengan damai dan lancar.
"Jadi ya ini lembaga politik kita tidak debat kapasitas, kompetensi dari masing-masing. Karena mereka sudah lulus Timsel kita hargai itu sebuah kinerja luar biasa di Timsel ya sudah, begitu aja. Ini bukan kalah menang, tapi ini kebesaran hati saja," jelasnya.
Menjawab tentang mekanisme dalam fit and proper test saat berada di ruangan. Hendro mengatakan hal tersebut tak patut dikritisi.
"Memang kalau di ruangan, mekanisme berjalan. Dia menyampaikan. Itu gak usah dikritisi, itu kan nyari ini kan (kesalahan). Kalau memang gak terpilih ya sudah legawa. Mau protes nanti ketika Gubernur silakan, proses ke jalurnya," ucapnya.
"Kalau di awal fit and proper test gak boleh bawa HP dan lainnya. Ini kan Anggota dewan, mereka 24 jam harus bisa terhubung dengan kebijakan-kebijakan partai dan segala macam lainnya. Namanya lembaga politik," tambahnya.