Ilustrasi - Kanti Marama, Harimau Sumatra yang diselamatkan BKSDA Sumbar dari perkebunan PT Pasaman Marama Sejahtera berada di dalam kandang jebak. IDN Times/Andri NH
Informasi yang dihimpun, kasus kemunculan harimau terjadi di kawasan itu dalam beberapa tahun terakkhir. Tercatat, April 2016, seekor anak harimau masuk ke dalam luban jebakan yang diduga dibuat warga di Desa Banua Tonga, Kecamatan Sosopan.
Kemudian, pada Juli 2017, dua ekor harimau dilaporkan mati. Satu ekor ditemukan mati di kawasan Desa Sihaporas, Kecamatan Sosopan. Satu ekor lainnya sempat dievakuasi ke Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS) sebelum akhirnya mati. Karena saat ditemukan, harimau sudah dalam kondisi lemas. Harimau yang mati itu dalam kondisi kumis dan taring yang sudah hilang saat diserahkan ke BBKSDA.
Pada Mei 2019, terjadi kasus penyerangan harimau terhadap warga. Seorang warga dilaporkan tewas. Sementara satu korban lagi berhasil selamat dalam kondisi luka-luka.
Darmawan mengakui, pemukiman di kawasan itu berbatasan langsung dengan Suaka Margasatwa (SM) Barumun yang menjadi habitat Harimau Sumatra. Antara pemukiman dan SM Barumun tidak ada bufferzone atau kawasan penyangga.
“Jadi langsung perkampungan. Jadi memang agak riskan,” kata Darmawan.
Samapi saat ini, pihaknya masih melakukan patroli gabungan bersama masyarakat dan aparat di sana. Mereka memonitoring kandang jebak yang sudah dipasang.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. Lebih berhati-hati. Sebisa mungkin mengurangi aktifitas di ladang. Jangan sampai malam hari. Paling tidak pukul 15.00 WIB sudah pulang ke rumah. Karena harimau aktif di malam hari. Masyarakat juga diminta tidak melakukan hal-hal yang bisa membahayakan masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.