Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, anak-anakmuda di Medan melakukan pawai dan cek kesehatan gratis (dok.Tobacco Control)

Medan, IDN Times - Dunia memperingati Hari Tanpa Tembakau yang tiap tahunnya jatuh pada 31 Mei. Tema global memperingati perayaan ini ialah “Bright products, dark intentions, unmasking the appeal” yang artinya “produk menarik, niat tersembunyi, mengungkap daya tarik”.  

Salah satu misi Hari Tembakau se-Dunia tahun ini ialah membongkar ilusi keamanan rokok elektrik (vape). Sebab, masih banyak remaja percaya bahwa vape itu aman. 

"Padahal faktanya, vape tetap mengandung nikotin, logam berat, dan senyawa toksik lainnya," kata dokter spesialis paru, Muhammad Harbi Praditya, Minggu (1/6/2025).

1. Lawan pencitraan palsu produk nikotin modern

dr. Muhammad Harbi Praditya, M.Ked (Paru), Sp.P (dok.istimewa)

Produk tembakau dan nikotin baru, termasuk dalam hal ini rokok elektrik dan pod mod, digunakan oleh jutaan remaja secara global. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa lebih dari 37 juta anak usia 13 sampai 15 tahun kini menggunakan produk tembakau.

Gebrakan industri rokok elektrik yang menawarkan varian rasa semakin digemari remaja. Katakan saja seperti rasa vanilla, jeruk, hingga apel! Rasa khas yang manis membuat banyak penggunanya candu sehingga mengabaikan kesehatannya sendiri.

"Mengacu pada bagaimana produk tembakau dan nikotin termasuk rokok elektrik, vape, dan lain-lain yang disajikan dengan kemasan penuh warna, rasa-rasa manis, dan desain modern. Ini dibuat terlihat modis, menyenangkan, dan aman, padahal kenyataannya tidak," ungkap dokter Harbi.

Industri tembakau disebut Harbi juga secara sistematis menargetkan generasi muda dengan pemasaran terselubung melalui influencer media sosial, event musik, dan strategi visual yang menarik atensi. Kesehatan dikesampingkan demi menciptakan kecanduan jangka panjang sejak usia muda.

"WHO ingin membuka kedok strategi manipulatif ini dan menyoroti bahaya di balik kemasan dan promosi yang menggoda. Ini adalah ajakan global untuk melawan pencitraan palsu produk nikotin modern. Pemasaran melalui TikTok, Instagram, YouTube dengan influencer muda, giveaway produk vape, dan desain futuristik menciptakan kesan bahwa produk ini ‘keren’, ‘sehat’, dan ‘aman’. Padahal bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan nikotin pada usia dini dapat merusak perkembangan otak, meningkatkan risiko kecanduan jangka panjang, hingga menjadi gerbang menuju konsumsi rokok konvensional," rincinya.

2. Faktanya vape tetap mengandung nikotin, logam berat, dan senyawa toksik lainnya

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, anak-anakmuda di Medan melakukan pawai dan cek kesehatan gratis (dok.Tobacco Control)

Dokter Harbi melanjutkan bahwa banyak pula kekosongan regulasi di banyak negara yang melarang atau mengatur ketat penjualan dan promosi rokok elektrik. Baginya, hal ini menciptakan celah besar yang dimanfaatkan industri tembakau untuk mengulangi strategi lama dengan kemasan baru.

"Indonesia memiliki persentase pengguna rokok elektrik tertinggi secara global, dengan sekitar 25 persen responden dewasa melaporkan penggunaan vape. Negara lain dengan tingkat penggunaan tinggi termasuk Amerika Serikat dan Swiss, masing-masing dengan 15 persen pengguna dewasa. Untuk jumlah perokok remaja (usia 15 sampai 24 tahun) memang Tiongkok memiliki jumlah perokok remaja terbanyak dengan total 26,5 juta individu. Namun India dan Indonesia mengikuti dengan masing-masing 19,8 juta dan 9,91 juta perokok remaja," beber Harbi.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia disebut Harbi memiliki pesan global yang jelas. Di mana WHO mengajak semua negara untuk melindungi anak-anak dan remaja dari strategi pemasaran predatoris industri tembakau.

"Yang tak kalah pentingnya banyak remaja percaya bahwa vape itu aman. Faktanya itu mitios. Karena vape tetap mengandung nikotin, logam berat, dan senyawa toksik lainnya. WHO di Hari Tanpa Tembakau Sedunia juga mendorong penerapan kemasan polos (plain packaging), melarang iklan dan promosi produk nikotin, melarang rasa-rasa manis yang menargetkan anak, meningkatkan harga melalui cukai untuk mengurangi aksesibilitas, dan memberdayakan komunitas dan sekolah," tutur Harbi.

3. Ada banyak cara mengurangi penggunaan tembakau di kalangan remaja

dr. Muhammad Harbi Praditya, M.Ked (Paru), Sp.P (dok.Istimewa)

Dokter spesialis paru ini menjelaskan bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau di kalangan remaja. Salah satunya ialah memperkenalkan bahaya tembakau melalui program sekolah dan komunitas, hingga melakukan kampanye positif seperti menggunakan slogan seperti “Remaja Keren Tanpa Rokok” untuk membentuk citra positif tanpa merokok. 

"Perlu juga untuk melibatkan influencer sehat yang menjadi figur publik dan aktif untuk mempromosikan gaya hidup tanpa tembakau," kata Harbi.

Penyediaan Alternatif Sehat seperti mendorong kegiatan olahraga, seni, dan hobi sebagai pengganti kebiasaan merokok juga dapat dilakukan. 

"Sebagai dokter spesialis paru, saya menekankan bahwa pencegahan adalah kunci utama. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung generasi muda untuk hidup sehat tanpa tembakau," pungkasnya.

4. Anak-anak muda di Medan kampanye anti tembakau dan buka cek kesehatan gratis

Cek kesehatan gratis yang dilakukan anak-anak muda Kota Medan di Hari Tanpa Tembakau Sedunia (dok.Tobacco Control)

Di sisi lain, semangat memerangi penggunaan rokok ditunjukkan anak-anak muda Kota Medan. Puluhan pemuda dari Komunitas Tobacco Control Sumatera Utara berkolaborasi dengan Koalisi Pemuda Bebas Asap Rokok, turun ke jalan dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia. 

Di seputaran lapangan Merdeka, anak-anak muda ini melakukan pawai, aksi memungut puntung rokok, sampai mengadakan pemeriksaan kesehatan gratis.

 "Anak-anak adalah kelompok paling rentan. Kita harus memastikan mereka tumbuh di lingkungan yang sehat, bebas dari paparan zat adiktif tembakau,” kata Zulqadri selaku Koordinator Komunitas Tobacco Control Sumatera Utara.

Bagi mereka, ruang publik harus dikembalikan sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk semua kalangan, khususnya anak-anak. Aksi ini tak lupa menyoroti pentingnya partisipasi aktif generasi muda dalam kampanye anti rokok.

Fahira selaku sekretaris komunitas ini menjelaskan bahwa aksi mereka sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat soal dampak buruk rokok. Begitu pula dengan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bebas asap rokok.

“Kami berharap pemerintah Kota Medan benar-benar mengimplementasikan Perda KTR dengan konsisten. Tanpa penegakan hukum yang tegas, komitmen melindungi masyarakat hanya akan menjadi slogan kosong,” pungkas Fahira.

Editorial Team