dr. Muhammad Harbi Praditya, M.Ked (Paru), Sp.P (dok.istimewa)
Produk tembakau dan nikotin baru, termasuk dalam hal ini rokok elektrik dan pod mod, digunakan oleh jutaan remaja secara global. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa lebih dari 37 juta anak usia 13 sampai 15 tahun kini menggunakan produk tembakau.
Gebrakan industri rokok elektrik yang menawarkan varian rasa semakin digemari remaja. Katakan saja seperti rasa vanilla, jeruk, hingga apel! Rasa khas yang manis membuat banyak penggunanya candu sehingga mengabaikan kesehatannya sendiri.
"Mengacu pada bagaimana produk tembakau dan nikotin termasuk rokok elektrik, vape, dan lain-lain yang disajikan dengan kemasan penuh warna, rasa-rasa manis, dan desain modern. Ini dibuat terlihat modis, menyenangkan, dan aman, padahal kenyataannya tidak," ungkap dokter Harbi.
Industri tembakau disebut Harbi juga secara sistematis menargetkan generasi muda dengan pemasaran terselubung melalui influencer media sosial, event musik, dan strategi visual yang menarik atensi. Kesehatan dikesampingkan demi menciptakan kecanduan jangka panjang sejak usia muda.
"WHO ingin membuka kedok strategi manipulatif ini dan menyoroti bahaya di balik kemasan dan promosi yang menggoda. Ini adalah ajakan global untuk melawan pencitraan palsu produk nikotin modern. Pemasaran melalui TikTok, Instagram, YouTube dengan influencer muda, giveaway produk vape, dan desain futuristik menciptakan kesan bahwa produk ini ‘keren’, ‘sehat’, dan ‘aman’. Padahal bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan nikotin pada usia dini dapat merusak perkembangan otak, meningkatkan risiko kecanduan jangka panjang, hingga menjadi gerbang menuju konsumsi rokok konvensional," rincinya.