Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Arifin Al Alamudi

Medan, IDN Times - Fenomena golongnan putih (golput) alias tidak mencoblos saat pemilu di kalangan muda Indonesia tergolong masih cukup tinggi. Angkanya bahkan ditaksir melebihi 15 persen.

Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU Dadang Darmawan mengatakan, Golput bukanlah pilihan di era demokrasi, khususnya generasi millenials.

Berikut alasannya.

1.Angka golput terus meningkat setiap tahun

Google

Menurut Dadang Darmawan, dari berbagai sumber yang dihimpun, angka golput memang cukup tinggi. Angkanya hingga melebihi 15 persen. 

Pada Pileg 2009, jumlah golput mencapai 29,1 persen. Pada Pilpres tahun yang sama, jumlah pemilih yang tak menggunakan suaranya berjumlah 28,3 persen.

Keberadaan golput berlanjut di Pileg 2014, dengan 24,89 persen.

Pada saat Pilpres 2014, angka golput mencapai titik tertinggi yakni 30 persen lebih dari jumlah pemilih.

2. Golput berpengaruh terhadap kondisi perpolitikan Indonesia

Editorial Team

Tonton lebih seru di