Ilustrasi keracunan (alodokter.com)
Hasil investigasi juga membeberkan rangkaian peristiwa yang memakan korban masyarakat. Bahkan ada yang sampai tewas.
Pada 2018, dua orang anak meninggal dunia karena masuk ke dalam sumur milik PT SMGP. Sumur itu disebut tidak memiliki pembatas dan papan peringatan. Sehingga masyarakat bisa bebas mengaksesnya.
Kemudian, pada 2 Januari 2021, kebocoran gas terjadi di Desa Sibanggor Julu. Lima orang meninggal dunia, puluhan lainnya menjalani perawatan di rumah sakit.
Kemudian, pada 6 Maret 2022, kembali terjadi kebocoran sumur gas di Desa Sibanggor Julu. Sebanyak 58 orang dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan. Namun saat itu, PT SMGP membantah jika terjadi kebocoran gas. Hasil penyelidikan dari pihak terkait, juga tak kunjung diketahui publik.
“Menyusul laporan dugaan kebocoran gas H2S di Proyek Sorik Marapi, PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) memastikan bahwa tidak terjadi kebocoran gas H2S,” tulis manajemen PT SMGP dalam keterangannya, Maret lalu.
Kejadian teranyar, dugaan kebocoran gas terjadi pada Minggu 24 April 2022. Puluhan warga dilarikan ke rumah sakit.
“Melihat rentetan peristiwa yang terjadi di atas, WALHI Sumut mengajak seluruh organisasi masyarakat sipil serta seluruh elemen dan sektor rakyat lainnya untuk sama-sama menyuarakan tentang kasus kejahatan yang dilakukan terhadap manusia dan lingkungan hidup yang dilakukan oleh SMGP,” kata Manajer Kajian dan Advokasi WALHI Sumut Putra Saptian.
Sementara itu, pihak PT SMGP mengakui soal dugaan kebocoran gas yang terjadi pada Minggu (24/4/2022). “PT Sorik Marapi Geothermal Project (SMGP) menyatakan benar adanya kejadian well kick di Pad T, well kick ini mengeluarkan semburan lumpur yang diikuti dengan keluarnya H2S di area pengeboran Pad T. Sampai pernyataan ini dibuat, semburan lumpur masih terjadi dan tim teknik sedang berupaya untuk melakukan penutupan sumur tersebut,” tulis juru bicara PT SMGP Yani Siskartika.