Prof. Ridha Dharmajaya (sc video Instagram @profridhadharmajaya)
Kemudian, yang kedua menampung lapangan kerja, lebih hanya sekedar memberikan makan. Namun, perlu memberikan lapangan kerja dikondisi saat ini.
“Nah, kita perlu membuat industri bukan membuat pabrik. Harus ada satu industri yang menjadi model dan motor di kondisi kita di medan kita gak mungkin punya lahan yang luas membuat perkebunan, gak mungkin punya tambang itu bukan penghasilan kita tapi kita bisa membuat edit value dari sebuah produk. Misalnya, kita bicara bahwa kita punya kawasan yang akan dijadikan industri, industrinya misal sawit,” katanya.
Masih dalam penjelasannya, dari lahan sawit tadi diolah masuk ke Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) lalu PKS punya produk dan masuk ke makanan dan lainnya. Maka, bisa dibuat. Dari sini, pemerintah harus mengambil peran membangun jalan atau jalur transport dari pabrikannya langsung ke pelabuhan.
Baginya, pelabuhan juga harus diperbaiki untuk bisa menerima atau menampung kapal-kapal ini dan bisa dikirim keluar.
“Harus sepeti itu, karena hari ini kita melihat perusahaan daerah atau BUMD itu gak mampu memberikan sesuatu atau memberikan tambahan buat kita,” terangnya.
Meskipun, lanjut Prof. Ridha Pemerintah memiliki dua tangan, tangan kedinasan dan BUMD. Jika, BUMD ini jelas untuk profit, dan service ke masyarakat. Nah, segala sesuatu yang service ini kalau sudah cukup layak dijual bisa dijual. Apa kira-kira yang memiliki potensi untuk mendapatkan keuntungan dari bidang-bidang ini.
Kemudian industri kesehatan, Prof Ridha menilai jika berbicara kesehatan saat ini sudah ada UHC berobat gratis ke rumah sakit. Namun, hal tersebut dikatakannya normal.
“Tapi dengan 3 juta orang tanggungan penduduk kota medan. Kita bukan hanya berpikir ini bisa masuk ke BPJS tapi kita bisa punya BPJS sendiri dengan meng-cover 3 juta orang. Kedua, hari ini pemerintah teriak-teriak kehilangan devisa ratusan triliun akibat pasien berobat ke luar negeri. Nah, sekarang medan ini gateway (pintu gerbang) untuk pasien berobat ke laur negeri,” tuturnya.
Dia mencontohkan pasien dari daerah yang ingin berobat ke luar negeri, dan Kota Medan hanya dilintasi untuk bepergian.
“Ada nande-nande di kaki Gunung Sinabung jarang ke Medan. begitu datang ke Medan belok ke Kualanamu terbang langsung ke Penang. Hanya untuk periksa kesehatan. Artinya, diluar pasar BPJS ini ada masyarakat yang mampu membayar untuk kelas pelayanan yang premier. Kenapa kita gak punya disitu,” tutupnya.