Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tabungan emas digital (pexels.com/Alesia Kozik)
ilustrasi tabungan emas digital (pexels.com/Alesia Kozik)

Intinya sih...

  • Harga emas berikan kontribusi inflasi 0,51 persen

  • Selama masyarakat melakukan belanja untuk emas, dan harga emas itu mengalami kenaikan. Maka, jelas komoditas emas tersebut menjadi penyumbang inflasi.

  • Dia menambahkan terkait dengan kenaikan harga emas, ini jelas kenaikan harga emas di Sumut, di Indonesia atau di dunia terjadi serentak belakangan ini.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times - Terkait dengan pernyataan dari Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution, yang menyatakan bahwa emas menjadi salah satu penyumbang tertinggi inflasi di bulan September. Ekonom Sumut, Gunawan Benjamin menyatakan hal tersebut benar adanya bahwa, penyebab inflasi yang utama adalah volatile food, selanjutnya adalah harga emas.

"Bedanya adalah volatile food itu masuk dalam kategori atau kelompok barang yang menjadi penyumbang inflasi, sementara emas adalah komoditasnya yang justru masuk dalam kategori perawatan pribadi dan jasa lainnya. Jadi kontribusi utama kenaikan harga emas datang dari komoditas cabai merah yang kontribusinya 0.85% secara bulanan," katanya, pada Minggu (26/10/2025).

1. Harga emas berikan kontribusi inflasi 0,51 persen

ilustrasi emas (unsplash.com/Zlaťáky.cz)

Selanjutnya, dia menilai untuk harga emas yang memberikan kontribusi inflasi sebesar 0.51 persen secara month to month.

"Jadi memang tidak ada yang salah dari pernyataan Gubernur Sumut, walaupun dinarasikan banyak orang bahwa emas itu seolah-olah yang di salahkan oleh Gubsu menjadi pemicu inflasi. Saya menilai Gubsu hanya memaparkan rilis data inflasi yang dikeluarkan oleh BPS (badan pusat statsitik) Sumut," ujar Gunawan.

2. Komoditas emas tersebut menjadi penyumbang inflasi

ilustrasi emas (unsplash.com/Zlaťáky.cz)

Selama masyarakat melakukan belanja untuk emas, dan harga emas itu mengalami kenaikan. Maka, jelas komoditas emas tersebut menjadi penyumbang inflasi.

"Sebenarnya kalau mau dipertanyakan atau diperdebatkan, saya menilai satu-satunya yang bisa diperdebatkan adalah bobot emas terhadap inflasi dan itupun ranahnya ada di BPS bukan di Gubernur Sumut," tutur ekonom ini.

3. Kenaikan harga emas di Sumut, di Indonesia atau di dunia terjadi serentak belakangan ini

ilustrasi tabungan emas (pexels.com/Alex P)

Dia menambahkan terkait dengan kenaikan harga emas, ini jelas kenaikan harga emas di Sumut, di Indonesia atau di dunia terjadi serentak belakangan ini.

"Tidak bisa dipungkiri kalau harga emas itu dalam tren naik sejak agustus lalu. Jadi kenaikan harga emas ini adalah fenomena global, dan memang diluar kendali Gubsu untuk mengontrol harga emas," ungkapnya.

Dia menyarankan Gubernur Sumut perlu memfokuskan pada pengendalian inflasi yang bersumber dari gangguan pasokan maupun demand yang dialami oleh Sumut sendiri. Seperti yang terjadi saat ini adalah gejolak harga cabai khususnya cabai merah.

"Namun bukan sebuah kesalahan jika kenaikan harga emas diutarakan sebagai salah satu penyebab inflasi, karena faktanya harga emas naik juga terjadi di banyak daerah lain di Indonesia dan memang faktanya emas menyumbang inflasi dari rilis data BPS," pungkasnya.

Editorial Team