Elektabilitas Meroket, M Nasir-HM Wardan Saingi 2 Calon Gubernur Riau 

Peneliti Utama TRI Dr Sufyanto menjelaskan, pihaknya melakukan survey pada rentang 10 sampai 20 Oktober 2024, dengan margin error 2,8 persen. Selain elektabilitas, popularitas dan likebilitas juga turut diukur untuk para calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pilkada Riau 2024 ini.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian khusus Pilgubri 2024 ini, adalah stratified random sampling dengan jumlah responden 1.200 orang.  Bila tingkat keterpilihan Abdul Wahid-SF Hariyanto unggul, Syamsuar sebagai petahana meraih popularitas tertinggi, yakni sebesar 87,2 persen. Kemudian disusul Abdul Wahid dengan jumlah 81,7 persen dan M Nasir 80,2 persen.

Untuk calon Wakil Gubernur Riau sendiri, posisi pertama diduduki oleh HM Wardan 71,4 persen, disusul SF Hariyanto 70,1 persen dan Mawardi 60,9 persen.

''Dari data elektabilitas berdasarkan simulasi surat suara, pasangan Abdul Wahid-SF Hariyanto memang unggul tipis dari paslon lain, tapi belum bisa dikatakan aman. Karena selisih antara ketiga paslon masih di bawah 5 Persen. Dengan kurang dari satu bulan waktu kampanye ini pendekatan dan kerja-kerja politik dari paslon atau relawan yang nantinya menjadi faktor kunci terhadap hasil akhir nanti,'' terang Sufyanto.

Lebih lanjut dia menjelaskan, trend elektabilitas para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Riau dilakukan penelitian pada medio Mei lalu. Hasilnya, sedikit berbeda dengan laporan survei kali ini. Yang mana, pasangan nomor urut 2 M Nasir-HM Wardan mengalami kenaikan paling tinggi hingga 20 persen.

"Untuk pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Abdul Wahid-SF Hariyanto mengalami kenaikan 15 persen. Sedangkan Syamsuar-Mawardi, hanya mengalami kenaikan 6,3 persen," jelasnya.

Masih dalam hasil penelitian TRI, pihaknya menilai masyarakat Provinsi Riau lebih menginginkan perubahan kepemimpinan. Pasalnya, ada lima bidang yang menjadi perhatian dan persoalan serius, yang berdampak pada tingkat kepercayaan dan kepuasan publik terhadap pemimpin Provinsi Riau. 

"Pertama pada aspek pembangunan infrastruktur jalan raya atau desa. Selanjutnya infrastruktur lampu penerangan jalan besar, peningkatan produktifitas pertanian, pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan," tutur Sufyanto.

"Permasalahan ini menjadi pendorong masyarakat Riau menginginkan perubahan. Masyarakat yang meninginkan perubahan kepemimpinan sebanyak 52 persen dan yang menginginkan keberlanjutan 37 persen," sambungnya.