Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi beras putih (pexels.com/Suki Lee)
Ilustrasi beras putih (pexels.com/Suki Lee)

Medan, IDN Times - Bencana banjir dan longsor yang menimpa wilayah kabupaten Tapanuli, Langkat dan sejumlah wilayah lainnya di Sumut memicu penurunan produksi beras di sejumlah wilayah. Wilayah Tapanuli dan Langkat menjadi wilayah yang paling parah terdampak bencana di Sumut, namun wilayah lain seperti Deli Serdang, Batubara hingga Serdang Bedagai juga tidak terlepas dari bencana banjir sebelumnya.

Pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin mengatakan berdasarkan 3 Kabupaten terakhir tersebut merupakan lumbung pangan Sumut untuk beras dan cabai.

"Memang perlu dilakukan pendataan ulang terkait luas lahan tanaman yang mampu diselamatkan. Namun jika kita hanya berkaca ke Tapanuli (Utara, Tengah dan Selatan), wilayah ini memberikan kontribusi pasokan beras ke Sumut dalam rentang 269 ribu ton hingga 285 ribu ton di tahun 2024," katanya, pada Minggu (14/12/2025).

Artinya jika ketiga walayah kabupaten Tapanuli tersebut lahan sawahnya alami gangguan dan sulit dipulihkan setidaknya hingga 1 tahun yang akan datang. Maka Sumut membutuhkan pasokan beras tambahan setidaknya 269 ribu ton. Jumlah ini berkisar setara dengan jumlah pasokan beras yang disediakan Bulog Sumut di tahun 2024 silam.

1. Salah satu sentra produksi padi di kecamatan Hinai masih relatif bisa diselamatkan lahan sawahnya

ilustrasi beras (freepik.com/freepik)

Untuk Kabupaten Langkat, produksi beras di tahun 2024 berkisar 49 ribu hingga 52 ribu Ton. Wilayah Tanjung Pura, Besitang, Pangkalan Brandan hingga Pangkalan Susu menjadi wilayah yang paling terpuruk di Langkat.

Sementara salah satu sentra produksi padi di kecamatan Hinai masih relatif bisa diselamatkan lahan sawahnya pasca banjir kemarin.

2. Dinilai masih belum menjadi ancaman bagi potensi kenaikan harga beras di kuartal pertama tahun depan

ilustrasi mencuci beras (freepik.com/freepik

Namun, untuk kebutuhan jangka pendek setidaknya hingga kuartal pertama tahun 2026, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan berpeluang kehilangan produksi beras sebesar 122 ribu hingga 130 ribu Ton.

"Memang belum begitu menjadi ancaman bagi potensi kenaikan harga beras di kuartal pertama tahun depan. Karena produksi beras dari wilayah Simalungun, Deli Serdang dan Sergei akan meningkat seiring dengan masa panen raya," jelas Gunawan.

3. Langkat berpeluang alami gangguan produksi gabah yang bisa dihasilkan sekitar 43.500 ton di kuartal pertama tahun depan

ilustrasi beras (pexels.com/PolinaTankilevitch)

Namun sebaiknya pemerintah mendata potensi kerusakan tanaman yang diakibatkan banjir di sejumlah sentra produksi beras tersebut. Sebab, wilayah Langkat berpeluang alami gangguan produksi gabah yang bisa dihasilkan sekitar 43.500 ton di kuartal pertama tahun depan. Termasuk juga beberapa wilayah lainnya seperti Deli Serdang dan Sergei. Bulog sebaiknya juga sudah melakukan antisipasi dengan meningkatkan pasokan cadangan beras untuk kuartal kedua tahun 2026 mendatang.

"Jika saya mengabaikan produksi di Tapanuli (Utara, Tengah dan Selatan), serta berasumsi bahwa produksi beras di Langkat, Deli Serdang dan Sergei tetap normal. Saya memperkirakan Sumut berpeluang membutuhkan sekitar 30 ribu ton beras tambahan di Januari 2026, dan membutuhkan beras dalam jumlah besar di bulan Mei hingga musim panen di bulan September mendatang," tambahnya.

Dia menilai, skenario tersebut adalah skenario dirinya yang paling optimis. Namun, jika lahan sawah di Tapanuli dan Langkat mampu di pulihkan dengan segera di kuartal pertama tahun depan, sementara Deli Serdang dan Sergei tidak mengalami gangguan produksi serius. Maka potensi penambahan pasokan beras setidaknya akan terjadi di kuartal kedua akhir atau kuartal ketiga tahun 2026.

Topics

Editorial Team