IDN Times/Fadli Syahputra
Edy pun mengakui bahwa nama besar suku Batak seperti menjadi simbol bagi Sumut, khususnya Kota Medan. Untuk itu, ia berharap sejarah pahlawan dari Sumut seperti Sisingamangaraja XII dan lainnya bisa dikenang dan dihargai oleh rakyat, contohnya dengan pembuatan film yang menarik dan lebih menyentuh. Sebab baginya, bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarah.
“Sampai-sampai kalau dibilang darimana asalnya, dari Medan, oh... orang Batak. Mari kita besarkan ini, menjadi kebanggaan bagi kita. Kita bangga menjadi Sumatera Utara, menjadi orang Batak,” kata Edy.
Tokoh Masyarakat, Brigjend TNI (Purn) Tarida H Sinambela dalam sambutannya mengatakan, Sisingamangaraja XII dikenal sebagai pemimpin besar, pemimpin masyarakat, pemuka agama serta raja yang juga bisa berperan sebagai tabib. Selama kurang lebih 29 tahun berjuang melawan penjajah bersama para pengikutnya yang rela berkorban, termasuk sejumlah tempat turut dibumihanguskan saat itu.
“Cukup banyak yang berkorban, keluarga di sekitar Bakara banyak dibumihanguskan. Pejuang yang lain juga seperti di Balige dan Laguboti. Kami mohon maaf tidak bisa menyebutkan semua nama-nama pejuang yang ikut berjuang,” kata Tarida.
Sisingamangaraja XII sendiri, lanjut Tarida, dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden RI Soekarno pada tahun 1961. Dilanjutkan dengan pendirian tugu Sisingamangaraja XII di kawasan Teladan Medan.
“Sebagai penghormatan, kami membuat film dokumenter perjuangan Sisingamangaraja XII. Beliau gugur, namun hingga akhir hayatnya, beliau tidak mau menyerah,” pungkasnya.
Selain itu, Tokoh Masyarakat Sumut Datok Syamsul Arifin mengapresiasi pemutaran film dokumenter Drama Sisingamangaraja XII tersebut. Sebab pahlawan ini menurutnya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi dunia, sebagaimana Sumut yang dikenal sebagai daerahnya orang Batak.
“Orang Batak ini seperti batang ubi, dimana diletakkan bisa hidup. Itulah kenapa Sumut ini dikenal sebagai orang Batak,” sebut Syamsul, yang juga mantan Gubernur Sumut ini.